Kamis, 18 September 2014

TEKNIK MENULIS PUISI

Oleh. Moh. Ghufron Cholid

Puisi jalan alternatif membidik diri, menajamkan kepekaan dan memulihkan keakraban. Puisi juga menjadi jalan mengenalkan sejarah dengan segenap laju degupnya pada generasi mendatang, yang belum sempat berpapasan dengan penyairnya dan belum sempat jadi saksi mata atas sejarah. Moh. Ghufron Cholid

Pendahuluan
Meski penghormatan terhadap puisi, secara finansial tak terlalu menggembirakan dibandingkan karya sastra lain seperti cerpen dan novel, puisi akan terus tumbuh subur baik untuk ditulis maupun dibacakan, dalam acara-acara bergengsi. Baik dalam memperingati hari kemerdekaan maupun hari besar agama dan kegiatan akhir tahun pesantren.

Minat pada puisi tak pernah sepi, kendati minat membeli buku puisi sangat memprihatinkan. Namun puisi selalu tampil memukau, dan selalu melahirkan sudut pandang baru bagi pembacanya.

Apresiasi atas tumbuh suburnya puisi harus kita syukuri seraya terus meningkatkan mutu karya. Berbicara mutu tentu tak bisa dipisahkan dari pilihan-pilihan yang disodorkan oleh penyairnya, tentang apa yang ingin dikedepankan. Amanat pesan atau keindahan bahasa maupun perpaduan dari kedua metode, yang tentunya punya kelebihan dan kekurangan berikut hambatan dalam pembuatannya.

Jika amanat pesan yang diutamakan, keindahan bahasa diletakkan di posisi kedua maka yang dialami adalah maksud mudah ditangkap. Pembaca tak perlu membaca berulang-ulang untuk memahaminya. Kelebihannya terletak pada pesan yang terang benderang, kekurangannya ada pada kekeringan jauh dari kesan berindah-indah.

Berikut saya hadirkan contoh yang ada di bait akhir puisi Lily Siti Multatuliana yang memakai teknik mendahulukan amanat pesan daripada memperindah bahasa.

...
Senja menjelang
Malampun datang
Aku bersujud dan berkalam
CintaMu KasihMu yang abadi
Kunikmati tiada henti

(bait akhir puisi RAHMAT-MU karya Lily Siti Multatuliana dalam buku Menyirat Cinta Haqiqi, halaman 131)

Lily mengungkap suatu yang lumrah dengan terang menderang yang intinya ingin menerangkan cinta dan kasih Allah itu abadi. Jadi puisi ini lebih menjurus pada upaya mengenalkan pada manusia bahwa yang abadi hanya cinta dan kasih Allah yang lain sifatnya tidak kekal.

Teknik yang memilih keindahan berbahasa diletakkan diporsi utama dan menomor duakan amanat pesan, sehingga untuk memahaminya dibutuhkan kerja ekstra yakni

BUHUL NUMERA KEMALA
HAZWAN ARIFF HAKIMI

bulan cedera dalam buhul kecubung ungu
brunei mengepung bulan bruneinya
filipina mengepung bulan filipinanya
indonesia mengepung bulan indonesianya
malaysia mengepung bulan malaysianya
(melayu mana mengepung bulan melayunya?)
naga eropa telahpun meretas urna bulan, mencolok,
darah hanyir, menetas lidah penyair, puisi-puisi melayu tertancap, bersayap bung hatta, bung karno, burhanuddin al-helmy, pak sako ke guruh numera
malam luruh membalut jantung bulan luka
pending di dadanya menggoncang
atmosfer visioner mengerongsang
bulan jendera dalam buhul numera kemala-Mu.

Agaknya Hazwan telah memilih langkah untuk memperkenalkan puisinya dengan bahasa yang indah, mengakrabi maknanya haruslah bersabar dan berulang-ulang membaca puisi Hazwan penyair dari Malaysia ini.

Sementara puisi yang memadukan antara amanat pesan dan keindahan bahasa namun tak menyulitkan pembacanya dalam menangkap segala isyarat yang ada, berikut saya hadirkan puisi ATAMINI, GADIS KECIL ITU karya Syarifuddin Ariffin, di bait akhir puisinya ia menulis, gadis kecil yang membatukan hati itu/menderaskan airmatanya/menyirami tanah di sepanjang Gaza/di kuburan massal tanah empedu/darah menyuburkan tanah/tunas-tunas bangsa sepanjang masa.

Dari bait penutup puisi Syarifuddin kita temukan perpaduan antara amanat pesan dan keindahan bahasa secara seimbang. Ianya hadir dengan amanat pesan yang mudah ditangkap di sisi lain ada keindahan bahasa yang ditampilkan yakni pemakaian, membatukan hati, tanah empedu atau darah menyuburkan tanah.

Simbol untuk menunjukkan adanya duka telah ditempatkan sesuai porsinya.

Kesimpulan
Paling tidak dalam menulis puisi ada tiga teknik yang bisa ditempuh oleh tiap penyair yakni 1) mengedepankan amanat pesan dan mengabaikan keindahan bahasa 2) mengedepankan keindahan bahasa dibanding amanat pesan sehingga untuk menemukan intisari dari sebuah puisi diperlukan pembacaan berulang-ulang 3) memadukan amanat pesan dan keindahan bahasa, untuk teknik ketiga bisa ditemukan di puisi lain seperti Aku Ingin karya Sapardi atau Tuhan, Kita Begitu Dekat karya Abdul Hadi WM.

Semoga catatan tentang teknik menulis puisi meski sedikit ada kemanfaatan di dalamnya. Salam persahabatan dan salam karya dari tanah Sakera penuh cinta, Madura.

Madura, 18 September 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar