Senin, 25 Mei 2015

PUISI-PUISI RAMAYANI (PENYAIR JAMBI)



DONGENG NEGERI DANGDUT


Inilah Negeri para pecinta, yang tak merdeka oleh rasa cintanya

Rumah mereka berlabuh di atas jeritan harga dan keringat asam
Di bawah liukan bibir yang morat marit mengerutu asinnya takdir

Kesabaran dan rutuan jadi keseimbangan untuk tetap bertahan
Bersama teriakan dan  antrian minyak tanah dan dana miskin

Katanya mereka telah terbiasa bersama nyamannya baju daster
Dan tunggakan rekening dan kontrak rumah yang jadi debar

Katanya mereka tetap bahagia bersama janji dan hiasan kalender
Berisi wajah- wajah yang tersenyum  penuh janji di pinggir jalan

Katanya wajah  mereka yang bersalut debu, keringat dan garis kasarnya
Adalah wajah perjuangan  yang menemani  doa dan kebesaran hatinya

Mereka makan dengan  piring plastik berbau sabun colek hadapi lapar
Walau tak sesempurna program lima sempurna tetapi mampu isi gelisah

Lalu malam mereka duduk khusyuk di depan layar televisi kreditan
Saksikan cerita sang selbritis mengubar jati diri dan fenomena lucu

mata mereka terbuka  oleh tranparansi berita temani kemiskinannya
Namun tetap saja celah cahaya hari tertutup kabut oleh luka dan sakit

Tetapi luka  dan tangisan penuh rintih  mereka nyanyikan pada pasrah
Dan terus menciptakan   butiran keringat hantarkan mereka pulang

mereka bernyanyi dan bergoyang  tarian kemiskinan di balik gang- gang
Menyambut kehebatan orasi mandul penguasa di berbagai media masa

Di setiap musim mereka menemui mimpinya tersimpan di bawah bantal
kumpulkan dari jatuhan doanya  yang tertampi tampi  rencana penguasa

Mimpi mereka jatuh  jadi sisa dan tersapu oleh guyuran hujan lalu  terbakar
Mimpi mereka jadi kotoran yang terbuang dan lelap pada  keterasingan


Tapi mereka terus saja  bernyanyi  riang walau harga terus saja melambung
Mereka terus saja bergoyang dengan  segala kepasrahan mengusir kesedihan

 Mereka terus saja dianggap hidup bahagia bersama  kesetiaan nasip yang mendampinginya


2011

KEMATIAN NEGERI

Dalam diam kelam sedalam kubur
sunyi menyerap seluruh serat kata
lelah melihat orang orang lalu lalang
wajah wajah tanpa tatapan kepastian

semua memperkirakan diri di tepi malam
sembunyi dalam penat kusam matahari
hanya sisa tetesan susu yang telah basi
bersandar di sudut sajian penat malam

haruskah cemas pada kelam tanpa perkiraan
setelah tubuh penuh bayangan jemarinya
dalam jejak gerimis amis kita coba tepis tangis

Tapi tetap saja negeri ini penuh goresan pelu
memburu serat tanya tanpa jawabaan pasti

2010

AKU PEREMPUAN

aku perempuan penghayal
memburu arti dan makna hidup
suatu pencarian yang meringankan asa

aku perempuan hidup besama denyut kata
walau tak seindah harap tapi ku bermaksud pasti
menjelajahi hari dalam ruang rindu di setiap detak

aku perempuan yang menyimpan kelu rindu dan sesak
pada huruf-huruf kisah ,kata kata harus dan lihai kalimat
terus bertaburan pada lembar hari menembus lubuk serat jiwa

aku perempuan penjaga zaman dalam insting dan nilai-nilai leluhur
telingaku mencari,mataku menilai,hidungku meneliti, lidahku memastikan.
otakku merangkai,hatiku mendekap, tanganku menari kakiku melangkah hari

aku perempuan pemilik rahim yang abadi, generasi, bahasa,tangis,senyum,tawa
aku perempuan pemilik keindahan menjadi media yang mengerakkan pori kehidupan
aku perempuan pemilik rindu jiwa yang nyata, akan terus menyentuhmu dengan hangat

karena
aku
perempuan

2009

Biodata Penyair
Ramayani, perempuan Indonesia yang lahir di Jambi pada tahun 1978 tanggal 25 Agustus. Menyelesaikan Studi SI Bahasa Inggris Di FKIP Universitas Jambi pada tahun 2003. Bekerja sebagai guru di sebuah sekolah di kabupaten Tebo Provinsi Jambi dan kini sedang ditugas belajarkan oleh Pemerintah setempat untuk melanjutkan studi S2 nya pada program Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang (UNP), dengan konsentrasi Manajemen Sekolah, Jurusan Administrasi Pendidikan.

Karya-karya telah dipublikasikan media masa dan pada antalogi bersama seperti 142 Penyair Menuju Bulan, Jalan Bersama Pejabat Penyair dan Tanah Pili h dan juga pada antologi tunggalnya yaitu Sebungkus kenangan.

Ia Aktif berkesenian baik sebagai peran pemain teater dan penggiat teater, deklamator dan juga penyelenggara event-event kesenian di Jambi. Pernah tergabung pada Sanggar Kampus Teater Oranye Jambi, Teater Tonggak, Teater Oranye Tak terhingga, dan kini ia mencoba berbuat untuk kesenian dalam kantong seni Tebo Art Community. Dan kini ia mencari teman dalam damai dengan puisi-puisinya.

Ia mencoba mendokumentasikan sebagian perjalanan kehidupan lewat puisi-puisi juga mencoba merekam berbagai pengalaman dalam puisi-puisinya. Ia mencoba berkomunikasi degan kehidupan, lewat kata-kata sederhana tetapi memeiliki makna yang dalam sebagai bentuk ekspresinya, yang juga menjadi sahabat dalam keksibukan hari-hari. Ia ingin mencari makna dalam kehidupan, sebagai proses menuju kedewasaan, yang juga memotivasi dirinya dalam kesadaran sebagai manusia yang utuh.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar