Senin, 25 Mei 2015

KIAT MEMPERCANTIK IMAN



Gurindam Hati demikian Zulfaizal Putra menamai anak imajinya yang disajikan secara serial namun yang menjadi pokok bahasan hanya bertumpu pada gurindam hati(27) yakni adab berias. Gurindam yang menjadi ciri utamanya memuat naseh
at. Moh. Ghufron Cholid

Niatkanlah berias untuk beribadah/niscaya akan peroleh faedah// bait pertama yang hanya terditi dari dua larik, penyair menyematkan penting berias bertujuan ibadah agar dapat memperoleh faedah.

Ibadah haruslah menjadi nafas segala aktivitas, barangkali beginilah Zulfaisal hendak menegaskan pandangan agar yang dilakukan tak sia-sia dan penuh pahala.

Gurindam mensyaratkan dalam tiap baitnya haruslah dua larik dan pembahasan paling utama berunsur nasehat. Jika bait pertama penyair memfokuskan pekerjaan baik haruslah dimulai dari niat baik maka bait kedua menggambarkan dua pandangan dalam satu siatuasi bersamaan tentang tak boleh salah niat dan efeknya, berikut penuturannya, Hindarilah berias untuk dapat pujian/niscaya takmenjadi kesia-siaan//

Bila mengamati larik kedua pada bait kedua terdapat diksi yang ditulis takmenjadi yang seharusnya tak menjadi, barangkali ini kesalahan ketik atau faktor kesengajaan namun dalam hemat saya lebih baik direnggangkan saja agar lebih cantik dipandang atau nafas penulisannya tak terkesan tergesa-gesa.

pastikanlah bahan berhias halal/niscaya bagi tubuh menjadi amal// larik ketiga rupanya penyair semakin memantapkan hati bahwa pada hakikatnya kecantikan/ketampanan haruslah dibina luar dan dalam. Hiasan fisik memang menawan namun ditopang inner beauty akan lebih memiliki nilai lebih.

awalilah berhias dengan basmalah/niscaya disertakan berkah allah// agaknya penyair sisi spritual dalam bait ini sangat ditonjolkan bahwa Allah harus menjadi segala tuju dan segala perbuatan baik. Basmalah adalah pembuka segala berkah oleh karenanya memulai segala sesuatu yang baik merupakan sangat dianjurkan.

berhiaslah mulai tubuh sebelah kanan/niscaya akan memperoleh segala kebaikan// dalam hal ini pendidikan agama yang tertanam kokoh agaknya mempengaruhi karya Zilfaisal, memulai kegiatan baik dari sebelah kanan adalah anjuran agama.

janganlah mengubah bagian anggota tubuh/niscaya akan terpelihara secara utuh//ada penekan yang dikabarkan tentang pentingnya konsentrasi dan keyakinan yang teguh agar segala gerak dan laku tak terombang ambing.

pakailah wangian yang tak beraroma tajam/niscaya takada orang yang memendam// dalam mengurai pandangan agaknya Zulfaisal tak hanya menulis ianya menggunakan kepekaannya dalam mengenal alam sekitar dan menjaga hubungan. Secara akamiah manusia memang menyukai segala hal yang berbau harum namun dalam pemakaiannya ada ketegasan agar tak berlebihan supaya tak menjadi pusat gunjingan orang sekitar karena sudah melampaui batas kewajaran.

berhiaslah agar tak berlebihan/niscaya tetap dalam takaran iman// Penyair sangat menyorot kebiasaan manusia yang cendrung berlebihan dalam menyikapi persoalan dan berlebihan dalam menggunakan karunia yang diterima. Berlebihan dalam mencintai dan memusuhi orang lain.

Prilaku berlebihan inilah yang sangat ditentang agar tiap pribadi tetap berada dalam takaran iman.

jauhilah tabarruj dalam berhias/niscaya terhindar ajab takterbatas// bait pamungkas merupakan intisari dari segala pandangan untuk tetap menjaga takaran iman.

Menonjolkan lekuk tubuh merupakan suatu kebanggan bagi tiap diri yang menganut keyakinan bahwa tubuh indah adalah segala-galanya. Keindahan tubuh yang menjadi pemikat inilah yang menjadi puncak sorotan agar tak menjadi kebiasaan yang pada akhirnya hanya akan menimbulkan petaka.

Secara keseluruhan selepas membaca gurindam yang ditulis Zulfaisal Putra dapat disimpulkan bahwa tak berlebihan dalam berias penanda iman sudah menetap dalam dada.

Madura, 24 Mei 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar