Senin, 25 Mei 2015

PUISI YANG MELEMBUTKAN HATI

Cinta hadir sebagai penyempurna dan pembangkit sisi kemanusiaan. Ia yang mencintai sepenuh hati tak hanya menanti untuk dijadikan permaisuri hati, ianya menjadi pelipur lara ketika duka mendera. Moh. Ghufron Cholid

Novy Noorhayati Syahfida
BIARKAN AKU DI DADA KIRIMU

ini luka kian nganga
ketika jarak tak mampu ditera
kemarau belum lagi reda
beribu kenangan berjatuhan menikam dada
menggenang dalam doa-doa

meski bukan bidadari ke tujuh puluh satu
biarkan aku di dada kirimu
menjadi separuh dari hatimu

Tangerang, 22 Mei 2015

Novy Noorhayati Syahfida
MENJADI BAYANGAN

aku ingin menjadi pagimu
menyambut bangun pertamamu
dengan kelopak embun perindu

aku ingin menyentuh wajahmu
hangat, dengan dua tanganku
meresapinya begitu haru

aku ingin menjadi lautmu
muara dari kegelisahanmu
menyerumu bagai ombak menderu

Tangerang, 25 Mei 2015
Kali ini Novy Noorhayati Syahfida (Tangerang) hadir
dalam dua puisi bertema cinta yang lahir di bulan Mei.
BIARKAN AKU DI DADA KIRIMU dan MENJADI
BAYANGAN. Jika mengamati dua judul secara
mendalam didapat kesimpulan awal bahwa ada
keinginan kuat untuk menjadi orang paling istimewa
buat orang teristimewa.

Ada apa dengan dada kiri? Mengapa penyair begitu berhasrat tinggal di dada kiri? Rupanya terdapat tulang rusuk. Bukankah perempuan memang dicoptakan dari tulang rusuk laki-laki. Penyair ingon ikut ambil tempat istimewa menjadi penyempurna separuh iman. Mengambil peranan penting dalam hidup khususnya cinta.

Bait pertama membuka persoalan hidup yang penuh sayatan duka. Bait kedua mempertegas posisi bahwa aku lirik ingin memberikan yang terbai kendati menyadari dirinya jauh dari kesempurnaan. Membaca puisi BIARKAN AKU DI DADA KIRIMU secara berulang saya menemukan intisari yang manis yang menurut hemat saya, kendati puisi ini dijadikan sebait dan diwakilkan pada dua larik saja, puisi ini akan tampak menarik dan merangsang pembaca untuk lebih mengintimi pandangan penyair secara utuh.

biarkan aku di dada kirimu
menjadi separuh dari hatimu

Yang akan timbul pertanyaan adalah mengapa harus separuh hati? Jawabnya karena sepasang insan yang berada dalam ikatan tentunya saling melengkapi. Separuh hati bisa dimaknai pelengkap dari hati pasangan. Artinya pasangan itu pada hakikatnya tercipta untuk saling menutupi kekurangan dan semakin menrguhkan keyakinan.

Bagaimana pun juga semua terpulang pada Novy tetap bertahan pada pilihannya atau mempertimbangkan apa yang saya tawarkan jika dirasa ada kebaikan. Saya hanya mencoba menyajikan puisi lebih ramping fengan langsung membidik sasaran.

MENJADI BAYANGAN judul kedua ini lebih membidik persoalan tanpa harus menyisakan kemisterian seperti yang fihadirkan penyair pada puisi pertamanya. Bayangan adalah copian dari kenyataan, ianya menjadi satu kesatuan yang utuh.

Agaknya penyair ingin menjadi yang pertama yang paling setia menemani segala aktivitas, berikut penuturan penyair,
aku ingin menjadi pagimu
menyambut bangun pertamamu
dengan kelopak embun perindu

Barangkali memang terasa sangat lebay namun memang sangat menentrakan saat diucapkan kepada belahan jiwa sebab ianya juga menjadi salah satu faktor penyemangat dalam bekerja.

Pagi adalah penanda mimpi diterjemahkan sepenuh hati. Pagi adalah awal memulai kreasi dan meluruskan segala sejarah yang bengkok. Pagi merupakan penanda pertarungan dimulai dan harus dimenangkan.

Dalam bait kedua, penyair tak hanya berkelakar, ianya ingin memberikan yang terbaik, selalu menjadi saksi mata dan penyemangat. Berikut penuturannya, aku ingin menyentuh wajahmu/hangat, dengan dua tanganku/meresapinya begitu haru//

Aku lirik telah sepenuh hati meyakinkan pasangan bahwa ia tak hanya menemani di kala suka (bahagia), ia juga setia menemani dalam duka. Ia juga ingin merasakan getir perjuangan dan haru yang dilahirkan dari kerja keras.

Bait ketiga ingin menegaskan pengabdian aku lirik pada orang yang dianggap istimewa. Diksi laut adalah tepat digunakan sebab ianya bisa menjadi simbol ketabahan. Dalam tenang laut tak terbaca gejolak gelombang. Berikut penuturan penyair, aku ingin menjadi lautmu/muara dari kegelisahanmu/menyerumu bagai ombak menderu//

Pada hakikatnya kedua puisi yang dihadirkan penyair hendak menegaskan bahwa aku lirik bukanlah orang yang pasif dalam bercinta. Bukan pula orang yang mau memanfaatkan kekasihnya untuk kebahagiaan dirinya. Aku lirik di posisikan sebagai pemberi penyeimbang dan pemberi semangat. Pribadi yang tak pernah usai menunjukkan bakti cinta yang suci.

Madura, 25 Mei 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar