Rabu, 17 September 2014

PUISI-PUISI ASRIZAL NUR


 

 

BELAJAR DENGAN BAHASA DAUN



Mengapa menara yang kita dirikan
bila kaki terhimpit pilarnya
kenapa bukan bangun kincir
sehingga riak telaga jadi samudra

kita terlanjur suka gemerlap neon ria
sedang kabelnya dibiarkan konslet di gudang jiwa
kota kota adalah gugusan bintang
kita ciptakan dari hati yang kelam

belajarlah dengan bahasa daun
saat hening
bersahabat dengan :
angin, kerikil  telaga
burungpun bernyanyi
embun senggayut di rerantingan

belajarlah dengan bahasa daun
bila gugur
tercipta kehidupan baru




Pekanbaru, 1996
JANJI MUSAFIR
 
Di  gurun  tak berujung
musafir  telan embun
reguk  peluhletihnya
rindu sebiji kurma buah hidup

kabut tutup mata harap
nafas  terlunta didera rindu :

“ datanglah penolong
   beri seteguk air
   sepotong  roti
   aku sedia jadi abdi abadi”

ia ucap kala berdiri dan tersungkur
tapi tak  sua harap
lagi lagi  kabut
dihempas badai kusut


di ujung hari lelah 
bola mata cahaya pengharapan
ngerlip di bahu  pasir
seru jiwa hampir pergi
semangatnya  menyala

lalu darah  aliri tubuh  nyaris mati
walau tak seirama
kekuatan hati dan  raga yang biru
harap zikir  berkali diucap

lalu ia terjerembab di  kaki penolong
impian zikirnya nyata

di rumah beratap cahaya
dengan senyum terangbulan
pemilik rumah berkata :

“ bangunlah!
  ini  tempat pergi dan kembali”

dengan nafas  ringkih
musafir bisikkan ucap
yang kerapkali dilafazkan

pemilik rumah memapahnya
dengan kasih setinggi gunung
direbahkan di atas pahanya yang sutra
seka luka dengan telapak salju
lalu suapkan  nirwana

musafir memagut  dirinya yang hampir hilang
riang bagai kejatuhan bintang :

“ aku  minta seteguk air tapi kau hilangkan dahagaku berjuta tahun
aku  harap sepotong roti  kau lenyapkan lapar sepanjang abad
 jadikan jadikan aku pesuruhmu abadi “

 “ ini  tempat pergi dan kembali
   jika lapar bertanaklah
   bila haus gayung telaga
   ternak ternak pelihara
   tanam tanaman jaga
   karena dengan bertanam dan memelihara
   kau akan  ngerti makna hidup
   berjanjilah!
   jadi pesuruh  diri sendiri
   sebelum  paham jadi abdi abadi ”

musafir sujud di kaki pemilik rumah 
mencium dengan air mata cinta

“ ya aku berjanji jadi pesuruh diri sendiri”

hari pertama ia tepati
hari kedua masih
hari ketiga mulai menipu diri
selanjutnya lupa  janji.

sipemilik rumah menuntut janji
dengan tatapan   garang matahari
namun senyum terang bulan masih lekat di bibirnya

“ disini hanya rumah ini
   jika kuusir engkau tak ada lagi tempat dituju”

musafir  gemetaran, darahnya terbang
nyawa bagai tersangkut  diawang
ia menampar diri  sekuat sedu
tersengat tatapan garangmatahari 
dipukau senyum terangbulan itu

seperti angin meniup debu
maaf terbuka selebar cakrawala

musafir   dihempas sesalnya
tersungkur bersimbah doa

Depok, 11 Pebruari 2005
  

MAJELIS ZIKIR  DEDAUNAN 

Pada mulanya 
rimba raya sajadah doa
majelis zikir dedaunan

daun  rayu ranting berzikir
                              ranting berzikir
ranting bujuk dahan berzikir
                             dahan berzikir
dahan panggil pohon berzikir
                             pohon berzikir
pohon bawa rimba berzikir
                            rimba berzikir
rimba ajak penebang berzikir
                             penebang mungkir
                             balas
                             tebas
                             bakar

lantas majelis zikir dedaunan
jadi padang api
ranggas
sunyi doa

munazat rimba ditebas  penebang
enggan tanam
tak ganti doa mereka
alam murka
tak kuasa tolak bala nestapa
 
ketika bencana tiba, ranting kering berkata:
“maaf! kami tak lagi  mampu merayu Tuhan
lantaran doa kami terbakar bersama abu dedaunan”



Bogor, September 2009

PROFIL ASRIZAL NUR


Di puisi bermula sebagai Deklamator, Juara Provinsi Riau ( 1990),      Juara se Sumatra (1993) Juara Nasional Piala HB Jassin (1996).
 Tahun 2009 ia mementaskan puisi-puisinya dengan Spektakuler dan    kolosal, di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Mazuki Jakarta, Kolaborasi pembacaan  : Tari, Teater, Musik, audiovisual, diberi nama nama Konser puisi Multimedia Asrizal Nur.

                Diundang membaca dalam berbagai sastra penting, antara lain : Pembacaan Sajak Melayu Asia Tenggara di Kepri (2006), Baca Sajak Jalan Bersama di TIM (2006), Baca Sajak Panggung Apresiasi Sutardji Calzcoum Bachri di TIM ( 2007), Baca Sajak Panggung Apresiasi Temu Sastrwan se Indonesia di Jambi (2008), Baca Sajak 100 Tahun kebangkitan Nasional di Wapres.Bulungan Jakarta (2008), Baca Sajak Internasional di JILFEST, Jakarta (2008) Membaca Puisi Poritugal, Indonesia, Malaysia di Universitas Indonesia (2009). Baca puisi Radio Televisi Brunei Darussalam pada Pertemuan Penyair Nusantara IV (2010) . Membacakan puisi dan pemutaran Video Konser Puisi Multimedia Asrizal Nur di Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei (2010), Sebagai pembimbing/pengajar Bengkel Pelestarian Budaya Melayu di Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei (2010). Konseptor, Sutradara Teaterrikal Puisi Islam Multimedia di Radio Televisi Brunei (2010). Baca Puisi pada Malam puncak Temu Sastrawan Indonesia III di Tanjungpinang (2010). Pencipta nama dan bersama Tusiran Suseno Menggagas Tarung Penyair Panggung se Asia Tenggara 2011, Baca Puisi di Panggung Puisi Multimedia Pertemuan Penyair Nusantara di Palembang 2011, Pembacaan Puisi Kebangsaan di gedung Nusantara MPR RI (2011), Pembacaan Puisi Internasional di Jakarta Internasional Literary Festival – JILFEST (2011), Baca Puisi di Hankuk University dan Kota Hansan Korea Selatan ( 1-3 Juni 20012), ), Baca Puisi Malam Puncak Dialok Teluk Brunei di UBD (11 Juli 2012), Baca Puisi di Sekolah Menengah Yayasan Hasanal Bolkiah Brunei Darussalam (18 Juli 2012),   aktif juga baca puisi pada bengkel sastra di berbabagai daerah di Indonesia bersama Badan Bahasa, di hadapan ribuan buruh di GOR Bandung (2012), Baca Puisi Pada Kongres Bahasa(2013), Konser Puisi Multimedia Asrizal Nur dalam rangka Hari Pohon se-dunia di Pekanbaru (2013), Konser Puisi Multmedia Asrizal Nur di Yogyakarta (2013)
Puisinya dimuat diberbagai media nasional dan daerah. bukunya telah terbit : Dalam Kotak Debu (kumpulan puisi untuk buruh, 1998), Perlawanan Orang Kotak Debu (Kumpulan puisi, 2005) dan Percakapan Pohon dan Penebang (YPM, 2009) dan termuat dalam beberapa antologi puisi antara lain : Kumpulan Sastra Sagang (1996), Kolaborasi Nusantara (Antologi puisi bersama, 2006), Antologi Puisi Nusantara (2006), Rampai Melayu Asia Tenggara (2006), 100 tahun Kebangkitan Nasional ( 2008), Gong Bolong (2008), Kumpulan puisi Portugal, Malaysia dan Indonesia (2008), Kumpulan Puisi Musi, Pertemuan Penyair Nusantara V (2011),  Kumpulan Puisi dan Cerpen Internasional Jilfest (2011) dan Puisi-puisinya pernah di bicarakan di Univeritas Indonesia (2010) dan Dibahas oleh Kritikus Sastra Maman S Mahayana  dalam beberapa tulisan.
Disamping menulis dan membaca puisi, kini mengorganiser budaya di Yayasan Panggung Melayu.Kegiatan budaya yang paling fenomema melaksanakan Pekan Presiden Penyair Internasional 2007, Festival Penyanyi Zapin se Indonesia 2008, Festival Pantun se Asia Tenggara (2008), menciptakan naskah dan menyutradarai Opera Pantun di Taman Ismail Marzuki (2008). Konser Puisi Multimedia Asrizal Nur (TIM. 2009), Deklarasi Hari Puisi Indonesia di Pekanbaru (2012), Penyelanggara Pekan  Hari Puisi Indonesia di Taman Ismail Marzuki (2013) Salah Seorang pelopor Deklarasi Hari Puisi Indonesia (Des, 2012)

Atas dedikasinya terhadap budaya Melayu mendapat Anugerah Sagang pada kategori Seniman serantau tahun 2007.






 






1 komentar:

  1. Subhanallah. Semoga tetap tegar dalam memeluk dunia seni dan sastra.

    BalasHapus