BELAJAR DENGAN BAHASA DAUN
Mengapa menara yang kita dirikan
bila kaki terhimpit pilarnya
kenapa bukan bangun kincir
sehingga riak telaga jadi samudra
kita terlanjur suka gemerlap neon ria
sedang kabelnya dibiarkan konslet di gudang
jiwa
kota kota adalah gugusan bintang
kita ciptakan dari hati yang kelam
belajarlah dengan bahasa daun
saat hening
bersahabat dengan :
angin, kerikil telaga
burungpun bernyanyi
embun senggayut di rerantingan
belajarlah dengan bahasa daun
bila gugur
tercipta kehidupan baru
Pekanbaru, 1996
JANJI MUSAFIR
Di
gurun tak berujung
musafir
telan embun
reguk
peluhletihnya
rindu sebiji kurma buah hidup
kabut tutup mata harap
nafas
terlunta didera rindu :
“ datanglah penolong
beri
seteguk air
sepotong roti
aku
sedia jadi abdi abadi”
ia ucap kala berdiri dan tersungkur
tapi tak
sua harap
lagi lagi
kabut
dihempas badai kusut
di ujung hari lelah
bola mata cahaya pengharapan
ngerlip di bahu pasir
seru jiwa hampir pergi
semangatnya
menyala
lalu darah
aliri tubuh nyaris mati
walau tak seirama
kekuatan hati dan raga yang biru
harap zikir
berkali diucap
lalu ia terjerembab di kaki penolong
impian zikirnya nyata
di rumah beratap cahaya
dengan senyum terangbulan
pemilik rumah berkata :
“ bangunlah!
ini tempat pergi dan kembali”
dengan nafas
ringkih
musafir bisikkan ucap
yang kerapkali dilafazkan
pemilik rumah memapahnya
dengan kasih setinggi gunung
direbahkan di atas pahanya yang sutra
seka luka dengan telapak salju
lalu suapkan
nirwana
musafir memagut dirinya yang hampir hilang
riang bagai kejatuhan bintang :
“ aku
minta seteguk air tapi kau hilangkan dahagaku berjuta tahun
aku
harap sepotong roti kau lenyapkan
lapar sepanjang abad
jadikan jadikan aku pesuruhmu abadi “
“
ini tempat pergi dan kembali
jika
lapar bertanaklah
bila
haus gayung telaga
ternak ternak pelihara
tanam tanaman jaga
karena dengan bertanam dan memelihara
kau
akan ngerti makna hidup
berjanjilah!
jadi
pesuruh diri sendiri
sebelum paham jadi abdi abadi ”
musafir sujud di kaki pemilik rumah
mencium dengan air mata cinta
“ ya aku berjanji jadi pesuruh diri sendiri”
hari pertama ia tepati
hari kedua masih
hari ketiga mulai menipu diri
selanjutnya lupa janji.
sipemilik rumah menuntut janji
dengan tatapan garang matahari
namun senyum terang bulan masih lekat di
bibirnya
“ disini hanya rumah ini
jika
kuusir engkau tak ada lagi tempat dituju”
musafir
gemetaran, darahnya terbang
nyawa bagai tersangkut diawang
ia menampar diri sekuat sedu
tersengat tatapan garangmatahari
dipukau senyum terangbulan itu
seperti angin meniup debu
maaf terbuka selebar cakrawala
musafir
dihempas sesalnya
tersungkur bersimbah doa
Depok, 11 Pebruari 2005
MAJELIS ZIKIR DEDAUNAN
Pada mulanya
rimba raya sajadah doa
majelis zikir dedaunan
daun
rayu ranting berzikir
ranting berzikir
ranting bujuk dahan berzikir
dahan berzikir
dahan panggil pohon berzikir
pohon berzikir
pohon bawa rimba berzikir
rimba berzikir
rimba ajak penebang berzikir
penebang mungkir
balas
tebas
bakar
lantas majelis zikir dedaunan
jadi padang api
ranggas
sunyi doa
munazat rimba ditebas penebang
enggan tanam
tak ganti doa mereka
alam murka
tak kuasa tolak bala nestapa
ketika bencana tiba, ranting kering berkata:
“maaf! kami tak lagi mampu merayu Tuhan
lantaran doa kami terbakar bersama abu dedaunan”
Bogor,
September 2009
PROFIL ASRIZAL NUR
Di puisi bermula
sebagai Deklamator, Juara Provinsi Riau ( 1990), Juara se Sumatra (1993) Juara Nasional
Piala HB Jassin (1996).
Tahun 2009 ia mementaskan puisi-puisinya
dengan Spektakuler dan kolosal, di
Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Mazuki Jakarta, Kolaborasi pembacaan : Tari, Teater, Musik, audiovisual, diberi
nama nama Konser puisi Multimedia Asrizal Nur.
Diundang
membaca dalam berbagai sastra penting, antara lain : Pembacaan Sajak Melayu
Asia Tenggara di Kepri (2006), Baca Sajak Jalan Bersama di TIM (2006), Baca
Sajak Panggung Apresiasi Sutardji Calzcoum Bachri di TIM ( 2007), Baca Sajak
Panggung Apresiasi Temu Sastrwan se Indonesia di Jambi (2008), Baca Sajak 100
Tahun kebangkitan Nasional di Wapres.Bulungan Jakarta (2008), Baca Sajak
Internasional di JILFEST, Jakarta (2008) Membaca Puisi Poritugal, Indonesia,
Malaysia di Universitas Indonesia (2009). Baca puisi Radio Televisi Brunei
Darussalam pada Pertemuan Penyair Nusantara IV (2010) . Membacakan puisi dan
pemutaran Video Konser Puisi Multimedia Asrizal Nur di Dewan Bahasa dan Pustaka
Brunei (2010), Sebagai pembimbing/pengajar Bengkel Pelestarian Budaya Melayu di
Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei (2010). Konseptor, Sutradara Teaterrikal Puisi
Islam Multimedia di Radio Televisi Brunei (2010). Baca Puisi pada Malam puncak
Temu Sastrawan Indonesia III di Tanjungpinang (2010). Pencipta nama dan bersama
Tusiran Suseno Menggagas Tarung Penyair Panggung se Asia Tenggara 2011, Baca
Puisi di Panggung Puisi Multimedia Pertemuan Penyair Nusantara di Palembang
2011, Pembacaan Puisi Kebangsaan di gedung Nusantara MPR RI (2011), Pembacaan
Puisi Internasional di Jakarta Internasional Literary Festival – JILFEST
(2011), Baca Puisi di Hankuk University dan Kota Hansan Korea Selatan ( 1-3
Juni 20012), ), Baca Puisi Malam Puncak Dialok Teluk Brunei di UBD (11 Juli
2012), Baca Puisi di Sekolah Menengah Yayasan Hasanal Bolkiah Brunei Darussalam
(18 Juli 2012), aktif juga baca puisi
pada bengkel sastra di berbabagai daerah di Indonesia bersama Badan Bahasa, di
hadapan ribuan buruh di GOR Bandung (2012), Baca Puisi Pada Kongres Bahasa(2013),
Konser Puisi Multimedia Asrizal Nur dalam rangka Hari Pohon se-dunia di
Pekanbaru (2013), Konser Puisi Multmedia Asrizal Nur di Yogyakarta (2013)
Puisinya dimuat
diberbagai media nasional dan daerah. bukunya telah terbit : Dalam Kotak Debu
(kumpulan puisi untuk buruh, 1998), Perlawanan Orang Kotak Debu (Kumpulan
puisi, 2005) dan Percakapan Pohon dan Penebang (YPM, 2009) dan termuat dalam
beberapa antologi puisi antara lain : Kumpulan Sastra Sagang (1996), Kolaborasi
Nusantara (Antologi puisi bersama, 2006), Antologi Puisi Nusantara (2006),
Rampai Melayu Asia Tenggara (2006), 100 tahun Kebangkitan Nasional ( 2008),
Gong Bolong (2008), Kumpulan puisi Portugal, Malaysia dan Indonesia (2008),
Kumpulan Puisi Musi, Pertemuan Penyair Nusantara V (2011), Kumpulan Puisi dan Cerpen Internasional
Jilfest (2011) dan Puisi-puisinya pernah di bicarakan di Univeritas Indonesia
(2010) dan Dibahas oleh Kritikus Sastra Maman S Mahayana dalam beberapa tulisan.
Disamping menulis
dan membaca puisi, kini mengorganiser budaya di Yayasan Panggung
Melayu.Kegiatan budaya yang paling fenomema melaksanakan Pekan Presiden Penyair
Internasional 2007, Festival Penyanyi Zapin se Indonesia 2008, Festival Pantun
se Asia Tenggara (2008), menciptakan naskah dan menyutradarai Opera Pantun di
Taman Ismail Marzuki (2008). Konser Puisi Multimedia Asrizal Nur (TIM. 2009),
Deklarasi Hari Puisi Indonesia di Pekanbaru (2012), Penyelanggara Pekan Hari Puisi Indonesia di Taman Ismail Marzuki
(2013) Salah Seorang pelopor Deklarasi Hari Puisi Indonesia (Des, 2012)
Atas dedikasinya terhadap budaya Melayu mendapat Anugerah Sagang pada kategori Seniman serantau tahun 2007.
Subhanallah. Semoga tetap tegar dalam memeluk dunia seni dan sastra.
BalasHapus