Jumat, 19 September 2014

PUISI, INSPIRASI DAN KUFUR NIKMAT YANG SAMAR

Oleh Moh. Ghufron Cholid

Hukum dasar Inspirasi
Surat al-alaq ayat 1-5 dan surat al-qalam ayat 1-2 atau tanda-tanda kekuasaan Allah yang terdapat dalam pergantian siang dan malam. Atau firman Allah dalam penciptaan langit dan bumi beserta isinya dalam enam masa. Atau surat Al-Ashr ayat 1-5.

Saya teringat ketika membaca puisi spontan di Al-Izzah Islamic Boarding School Batu Jawa Timur. Ketika itu yang jadi pemateri kepenulisan Pipiet Senja dan Abrar Rifai sementara saya di bidang puisi saja.

Mengumpul segenap yang kita lihat dan diungkap lagi dalam bentuk pengucapan, itulah yang saya lakukan.

Lantas ada yang bertanya tentang inspirasi, karena merasa kesulitan dalam menulis. Sejenak saya tertegun, mengumpulkan segala ingatan yang barangkali ada yang terlupakan. Saya mulai menatap satu persatu wajah yang begitu riang belajar. Begitu semangat mendapatkan ilmu yang mungkin baru bagi mereka. Mungkin pula ilmu itu telah mereka dapatkan hanya untuk dicocokkan.

Berhadapan dengan peserta workshop yang kesemuanya perempuan jika tidak memiliki mental dan konsentrasi maka apa yang akan kita sampaikan akan menjadi tak beraturan.

Tak ada yang tidak mungkin selama kita berpikir bisa maka Allah akan melapangkan segala.

Sejatinya inspirasi sangat dekat dengan kita dan kitalah yang membuat jarak serta mencipta alasan-alasan untuk tegak di jalur aman.

Ketika kita melihat daun yang jatuh sejatinya kita telah menemukan inspirasi, tinggal kita kaitkan dengan apa saja sesuai keinginan kita.

Mungkin peristiwa daun jatuh adalah peristiwa yang biasa bagi khalayak umum. Namun bagi penulis bisa menjadi suatu hal luar biasa untuk diperkenalkan ke dalam tulisan baik berupa cerpen, puisi maupun novel.

Lalu bagaimana dengan penyair menyikapi daun jatuh maka diperkenalkan dengan sangat puitik, ianya dikaitkan dengan kematian. Ianya bisa dikaitkan dengan musnahnya suatu generasi dan penyambung generasi yang baru.

Daun yang jatuh selain dijadikan guru dalam mengasah kepekaan batin, menjadi media untuk menyadarkan diri bahwa segala yang kita miliki sejatinya hanya titipan yang lambat laun akan hilang dari genggaman.

Warna daun bisa menjadi lambang perubahan usia, serat-serat yang ada dalam daun bisa dikaitkan dengan indahnya persatuan, indahnya keakraban.

Menceritakan daun yang kita saksikan saja telah membuka jalan dari sebuah kemisterian yang ada di dalam yang tampak untuk mengurai yang tak tampak.

Berkenalan dengan daun saja, betapa banyak pelajaran hidup yang bisa didapat dan diceritakan.

Mencipta jarak dengan inspirasi hanya menjadi jalan untuk semakin lumpuhnya gairah menulis.

Berikut akan saya hadirkan ragam inspirasi yang terkandung dalam daun, dalam bentuk puisi dalam ragam tema.

daun-daun usia berguguran
mengecup kening kematian

atau bisa juga tema persahabatan

dedaun pengertian bersalaman
menepikan keraguan

atau tema yang lain

hijau daunmu
hijau pula hatiku

sebuah penggambaran akan adanya generasi baru, semangat baru dalam menerjemahkan kehidupan.

Atau bertema penyesalan

ketika daun usiamu menguning
kau pun terasing

sebuah potret tentang keterkenalan hidup manusia akan memudar beriring perubahan waktu. Kebanggaan pada ketampanan atau kecantikan pada akhirnya membuat terasing bahkan bagi dirinya sendiri.

Atau tema perjuangan

daun-daun pengabdian
telah memalingkan mata ragu
dari tubuh zaman
berlarian kegelisahan
bertamu kebahagiaan.

Hanya dengan menyaksikan daun ragam inspirasi bisa dihadirkan terlebih menatap alam semesta. Terlebih mengurai karuniaNya tentulah takkan pernah mampu.

Penyebab Hilangnya Inspirasi

Menganggap menulis sebagai beban hanya membuat batin tersiksa dan menjadi awal penyebab hilangnya inspirasi.

Adalah watak dasar manusia pandai mencari alasan demi alasan untuk mencari pembenaran atas segala yang tak ingin dilakukan.

Rutinitas harian menjadi alasan terkuat untuk tidak menulis, untuk mencari pembenaran kalau inspirasi sangat sulit didapat. Padahal dalam pekerjaan yang super sibuk sejatinya inspirasi itu tetap ada. Tetap akrab menyapa kita.

Pekerjaan juga menjadi sumber alasan terkuat atas seseorang membuat jarak dengan inspirasi. Padahal jika kita menikmati kita bisa menjadikan bahan untuk menulis.

Sejatinya inspirasi itu bergantung cara kita menyikapi kehadirannya. Mau dijadikan kawan atau lawan.

Meniadakan inspirasi merupakan bentuk kekufuran nikmat yang sangat samar, sebab ianya menjadikan diri kita tidak peka.

Sebagai solusi kufur nikmat atau mengingkari adanya inspirasi di sekitar kita, ada baiknya saya kutip nasehat Alm. KH. Moh. Idris Jauhari yang saya kira sangat relevan dengan pembahasan ini.

Cara bersyukur seorang penulis yakni dengan menulis.

Semoga tulisan ini ada manfaatnya, demikian yang bisa saya uraikan, tulisan ini jauh dari kesempurnaan sebab kesempurnaan hanya milik Allah.

Kamar Cinta, 19 September 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar