Senin, 15 September 2014

MENGGAMBAR RINDU

Oleh: Moh. Ghufron Cholid

 KERINDUAN


kubidik rembulan, pyarr!
wajahmu jatuh dalam mimpi


Frieska, 18.05.2014

         Puisi ini mendapatkan pujian yang fantastis dari salah satu admind bernama Dimas Arika Mihardja yang selanjutnya saya sebut mas DAM, sebab tak mungkin membubuhi 7 bintang maka disematkanlah bintang 5 yang bisa diartikan termasuk puisi yang istimewa.

Mengapresiasi dan membubuhi bintang adalah tradisi baik yang dianut oleh group puisi dua koma tujuh, mendapatkan bintang 5 bisa diartikan karya yang diapresiasi tanpa cacat.
Siapa yang berhak membubuhi bintang? Tentunya para admind yang ada dalam group tersebut, penyematan bintang bisa didapat berdasarkan ketertarikan admind pada karya yang telah dianggap memikat dan bagi mas DAM puisi Frieska ini adalah puisi fantastis.

Saya tak hendak menyoal bintang yang disematkan sebab lain orang tentu lain pula sudut pandang, hal semacam ini lumrah terjadi dalam karya dan kekaryaan.

KERINDUAN, demikian Frieska menamai anak imaginasinya, yang dilahirkan pada 18 Mei 2014, bisa dibilang puisi ini terlahir dengan sangat istimewa bagi seorang penikmat puisi yang juga admind group bernama mas DAM dan tentu saja Frieska sebagai ibu dari puisi ini sangat bangga sebab mendapatkan bintang 5 merupakan kejutan tak terduga, kejutan yang bisa membuat penyairnya semakin semangat berkarya namun di sisi lain akan teruji hatinya, mampukah bertahan dalam pujian dengan tetap mempertahankan kualitas atau malau semakin surut, semangat berkarya semakin memudar oleh ianya sudah berada di puncak, paling tidak di sinilah terjadi pertarungan di mana keistiqomahan akan diuji.
Namun rasanya pemubuhan bintang ini pula akan menjadi ajang berlomba-lomba menghasilkan karya terbaik bagi anggota lain bukan karena ada apa-apanya.

Kerinduan, saya mulai semakin dekat mengenal judul ini seraya memastikan dari arah manakah saya harus memulai membuka isinya.
Kerinduan adalah perasaan yang menetapkan hati dalam rasa rindu, seperti apakah rupa orang dalam keadaan rindu? Tentu sangat beragam dan Frieska mulai menggambar rindu.
Kubidik rembulan, pyarr! Frieska mulai berkelakar tentang rindu yang dialami. Membidik rembulan tentu tidaklah mudah namun kata 'pyarr!' seolah menciutkan kerumitan menjadi sesuatu yang mudah, yang bisa juga digambarkan, ketika seseorang dilanda rindu maka segala kenangan bertamu, segala jarak tempuh yang begitu jauh seolah begitu dekat dengan tubuh.

Orang yang berada dalam musim rindu maka masa lalu tak ubahnya seperti bayang pada tubuh, begitu dekat dan tak terpisahkan.
Kerinduan mampu menjangkau jarak terjauh seolah bisa ditatap secara utuh selaksa yang digambarkan oleh penyair dalam bait pertamanya, kubidik rembulan, pyarr!
Penyair seolah sangat dekat dengan objek rindu, ruang masa lalu seakan tak memiliki jarak jauh. Rasa rindu membuat penyair seakan menembus batas yang awalnya tak mungkin bisa menjadi mungkin. Kata 'pyarr!' seakan merobohkan ketakmungkinan menjadi mungkin, semustahil bulan yang bisa dibidik hingga menimbulkan kata 'pyarr!' sesuatu yang awalnya mustahil telah memasuki pradigma baru yakni keyataan.

Dalam imaginasi/puisi segala bisa menjadi mungkin oleh ianya lahir dari sebuah imagi yang barangkali menurut mata awam kita sangat mustahil. Bisa jadi kubidik rembulan, pyarr! Merupakan nama lain dari gantungkan cita-citamu setinggi langit, yang dengan adanya cita-cita mampu menyalakan api semangat dalam jiwa untuk senantiasa bergerak atau tidak berjalan ditempat.

Apa bila terang kemauannya maka sampailah ia demikian sebuah terjemahan pribahasa arab berbunyi, maka untuk membidik bulan sampai melahirkan bunyi 'pyarr' anak panah harus dilepaskan. Jika tujuan jelas meski perlahan akan sampai. Memang segala mesti dicoba untuk mengetahui sebuah keberhasilan, bertemu kegagalan bukan menjadikan diri putus asa bukankah kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Bukankah kegagalan bisa menjadi guru agar kegagalan tak terulang lagi, bisa juga menjadi bahan tambahan ilmu untuk mengatur setrategi agar lebih berhasil.

Paling tidak ada beragam cara yang bisa ditempuh seseorang dalam mengobati rindu, bila baris pertama, kubidik rembulan, pyarr! Dirasa sangat mustahil ditempuh untuk mengobatik kerinduan maka bisa ditempuh jalan kedua yang telah disediakan dalam baris kedua puisinya yakni wajahmu jatuh dalam mimpi. Adalah hal yang tak bisa disangkal ketika kerinduan semakin intim mendera jiwa dan pertemuan di alam nyata serasa sangat sulit digelar maka Frieska dengan tenang membeberkan sebuah rahasia, yang barangkali Frieska yang penyair atau kita pembaca puisi ini tidak sempat mengabarkan pada khalayak yakni pertemuan yang tercipta dalam mimpi.
Tak jarang saya pun juga mengalami keinginan untuk mengobati kerinduan yang tak mungkin terobati dengan pertemuan nyata maka saya pun berharap bertemu dalam mimpi.

Puisi ini menurut hemat saya membeberkan kejadian yang sudah lumrah terjadi, namun Frieska mengemasnya dalam puisi barangkali hanya letup di bait awal selanjutnya datar

Madura, 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar