Senin, 15 September 2014

PUISI, MANUSIA IMITASI DAN CARA MENEPIS PLAGIASI

OLEH MOH. GHUFRON CHOLID

Puisi sejatinya adalah gambaran dari cuaca hati maupun pikir penyair dalam mengangkap segala isyarat lalu mengabarkannya lewat puisi pada khalayak.
Group ibarat rumah bekarya demikian saya menyebut group yang betebaran di FB tak terkecuali group 2koma7 yang dicetuskan oleh Imron Tohari dan diasuh dengan penuh kesungguhan, kasih sayang namun tak kenal kompromi pada puisi yang tak bermutu, kalau tak mau dikatakan masuk dalam perangkap batman.
Selalu ada penghargaan atau apresiasi terhadap puisi-puisi yang dianggap layak dengan memberi bintang, merekomendasikan untuk diletakkan dalam group, berkesempatan dimuat dalam buku bila telah tiba waktu.
Barangkali banyaknya anggota group dan semangat bekarya yang tak terbendung yang membuat para admin sepakat membatasi maksimal postingan karya dalam sehari 3 puisi, langkah seperti ini barangkali antisipasi terhadap karya yang khawatir tak sempat dibaca oleh para admin yang jumlahnya hanya bisa dihitung jari.
Tidaklah mudah memilah dan memilih puisi bermutu tiap harinya dari ribuan puisi yang menyemarakkan halaman group.

Adalah kerja yang tak serampangan dan butuh keseriusan ekstra merawat rumah yang memiliki anggota keluarga dengan ragam bawaan puisi tiap harinya, ada yang berhasil terselamatkan dan ada pula yang terkubur dalam rimbun puisi meski puisi tersebut berpotensi bermutu kalau tidak mau dikatakan terbebas dari segala cacat karya seperti yang telah dipaparkan pengasuhnya. Namun paling tidak pengereman karya bisa menjadi solusi untuk menimalisir karya bermutu yang tertimbun sebagai bentuk penyelamatan.

RAGAM PUISI 2KOMA7 YANG AKAN TERUS BERPROSES

Sebagai puisi yang bersandar pada 2 baris 7 kata, yang juga dianjurkan memuisi dan muasi dengan daya letup yang ada, memungkinkan pola tuang ini akan berkolaborasi dengan ragam jenis puisi lain, baik haiku, mbeling maupun puisi lain, sepanjang prasyarat pembuatan dan segala tetek bengek perpuisian 2koma7 dikuasai oleh sang kreator.
Puisi yang tersaji ada yang hanya memenuhi bentuk luarnya saja, ada pula yang sudah masuk dalam sukma karya, bagaimanapun perkenalan kreator secara inten dengan karya yang dihasilkan, akan menuju ke arah yang positif dan mendekati kebenaran, keindahan dalam bekarya.
Tentu betapapun tema dan judul yang disajikan sama oleh masing-masing kreator akan menghasilkan karya yang berbeda, selama kreator benar-benar mau berkarya dengan menggunakan panca indera dan ketajaman imajinasinya.

Meski manusia bisa dikatakan makhluk imitasi (makhluk yang suka meniru), namun tiap manusia memiliki akal tentu yang berada dalam benak manusia antara yang satu dengan lainnya, pasti berbeda, ini pulalah yang membuat diksi dari para penyair akan berbeda, ini pulalah yang menjadikan puisi kaya akan rupa pembahasan, dengan puisi pendekpun mampu menggambarkan hal ikhwal yang jika diceritakan tak cukup hanya sebuku saja.
Tiap penyair hadir dalam puisi, tentulah mengusung segala aspek hidup yang bergolak dalam hatinya, yang mengusik ketenangan jiwa, yang mengganggu kenyamanan kaumnya, atau apapun yang menjadi alasan terciptanya sebuah puisi. Banyak aspek yang melatar belakangi terciptanya sebuah karya, membaca alam, mengenali diri adalah jalan bersumbernya imajinasi.

Melihat yang tampak dan mengungkap yang tidak tampak merupakan rupa lain dari puisi, yang melahirkan ragam diksi.

Kendati manusia adalah makhluk imitasi (suka meniru) bukan berarti harus berbuat plagiasi pada karyanya.
Penyair yang kreatif selalu punya cara tersendiri menyampaikan imajinasi.
Bukti tiap penyair memiliki diksi yang beragam bisa kita temukan misalkan ketika kita melihat pohon maka diksi yang digunakan bisa akar, daun, batang, hidup, ranting, lebat, gugur, kering, hijau, kuning, cokelat, mati dll. Hal ini menandakan banyak pilihan untuk menyampaikan diksi, dan tentunya satu dan lainnya tak akan sama persis, lain lagi dikaitkan dengan rindu, persahabatan, penantian, ketabahan, kesetiaan, hanya dengan memandang pohon.
Kalau ingin terhindar dari plagiasi kita harus lebih mampu mengasah kepekaan, bukankah pelangi indah karena adanya ragam perbedaan warna yang saling memberi sempurna.

Pola 2koma7 memungkin akan berkolabosi dengan ragam puisi seperti haiku, mbeling dan lainnya, selama pakem 2koma7 sesuai koridor pencetusnya, kalau tak mau dikatakan terkena jebakan batman.

Berikut saya posting dua puisi mbeling dengan pola 2koma7, tema dan judul sama tapi jauh dari plagasi

KOALISI

kuali diisi basa-basi, kurang garam
kanan-kiri: oke!

Bung Jupri, Mei 2014


KOALISI

basa-basi semua basi
menang-kalah rayat ikut-ikutan gila

Galih Gong, 2014

Dengan demikian kita bisa terus bekarya, menggali kreativitas, tanpa harus melakukan plagiasi, selama keyakinan tertanam, tiap penyair punya diksi berbeda yang menunjukkan ciri khasnya, maka selama itu plagiasi tak akan pernah ada di muka bumi.

Madura, 4 Mei 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar