Senin, 15 September 2014

MENYELAMI DUNIA KETERASINGAN FRIESKA


Selalu ada alasan yang melatarbelakangi puisi, salah satunya raung rasa yang tak mampu dibendung jiwa
(Moh. Ghufron Cholid)

Ketarasingan, ucap Frieska seakan mengajak saya menoleh ke arahnya, mendengarkan segala riuh yang bergemuruh di dadanya. Saya tegak berdiri menatap sebuah pintu imaji yang oleh Frieska diberi nama keterasingan dan saya mulai menebak-nebak segenap peristiwa yang berada di balik pintu.

Keterasingan, ucap Frieska dengan nada yang lantang untuk meyakinkan saya bahwa creator hidup di sebuah tempat yang ia namai keterasingan.Saya mulai menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal mencoba memanjing ingatan demi ingatan yang barangkali pernah terlepas.

Separuh bulan; menyembilu, kata Frieska mulai menggambar suasa batin yang dialami, saya mulai menatap lebih dekat seakan sedang bertemu dengan penyairnya. Ada pedih perih yang begitu menyiksa batin creator, sebagai seorang penyair yang juga perempuan creator seakan mengajak saya untuk lebih mengintimi sebuah rasa bernama keterasingan.

Separuh bulan, kata Frieska dengan suara yang semakin serak dan berurai airmata, waktu yang lumayan lama bagi jiwa yang didekap keterasingan. Separuh bulan; menyembilu, saya membaca berulang untuk ikut hanyut dalam kepedihan creator.

Betapa begitu menyayat hati hidup yang dijalani creator, separuh bulan dalam keramaian namun masih terasa asing bahkan sangat mengiris kalbu, waktu yang berganti rupa telah menjadi keyakinan yang abu-abu di mata creator. Kerapuhan hati semakin jelas tergambar dan jelas dalam tatapan.

Langit memisau merajam dada, tutur Frieska di larik keduanya, semakin mempertegas keterasingannya. Langit bisa dimaknai tempat yang tinggi dari bumi yang dipijak creator. Langit bisa pula diartikan perhatian yang berlebihan, bisa pula bermakna prestasi gemilang, namun Frieska menggambarkan langit yang dilihat atau pun didapat creator membuatnya terasing, membuat creator merasa dikucilkan, merasa creator telah berada dalam situasi ujian yang membuatnya harus berhati-hati dalam bersikap.

Bisa jadi langit memisau merajam dada menjadi semacam cemeti untuk lebih arif dalam memaknai hidup, memaknai prestasi yang diraih merupakan alamat ukur semakin naik kelas menghadapi ujian atau bahkan menjadi pribadi serba takut dalam berkarya.

Creator seakan menyadari bahwa yang dilakukannya selama separuh bulan mendapatkan perhatian yang lebih dan hal ini pula penyebab ketaktenangan creator, terbiasa mendapat bintang hingga angka sempurna (5) dipahami sebagai awal dari kegundahan batin.

Perasaan tergesa-gesa inilah yang membuat creator serba terkekang. Merasa serba tak tenang berada dalam group yang menerapkan A3 dalam menjalani segala aktivitas berkaitan dengan karya sastra khususnya puisi berpola 2koma7. Saya kira waswas adalah sangat manusiawi namun jika semakin dipelihara tidak baik juga bagi keberlangsungan creator di masa mendatang.

Tiap karya yang lahir pasti akan mengalami pro-kontra bergantung pada masing-masing person dalam menyikapi. Merasa asing di tengah keramaian adalah manusiawi.
Keterasingan pun paling tidak ada aspek mendasar yang menjadi penyebabnya, pertama merasa tak punya kemampuan, kedua merasa mendapatkan prestasi yang tak wajar sehingga menimbulkan sikap yang tak wajar pula.

Namun jika keterasingan yang dimaksud creator adalah keadaannya di group 2koma7, barangkali adalah pandangan yang sangat tergesa-gesa mengingat group ini menerapkan A3 dan penyematan admind disertai alasan jelas bahkan diberikan catatan khusus di dokumen sebagai bentuk pertanggung jawaban dari sisi moral agar tak menimbulkan konflik yang lebih meruncing.

Untuk mendapatkan mutiara berkilau dibutuhkan perjuangan yang sepenuh hati dan dada yang luas dalam menyikapi hidup khususnya dalam berkomunikasi. Namun jika KETERASINGAN bukan gambaran hidup Frieska dalam group saya rasa wajar, manusiawi dan tak tergesa-gesa dalam menyimpulkan permasalahan.

Pada hakikatnya hidup adalah ladang ujian, lahan perlombaan untuk menjadi yang terbaik. Rasa asing bahkan sangat perlu dimiliki untuk menyadarkan diri tak ada makhluk yang sempurna, di samping itu bisa menjadi mendia untuk mendekatkan diri pada Tuhan.

Jangan sedìh sesungguhNya Allah bersama kita, dalam ayat yang lain sesungguhnya Allah bersama orang yang sabar, sebab pada hakikatnya keterasingan bisa menjadi alat ukur kesabaran kita. Berikut saya posting utuh puisi frieska,
KETERASINGAN

bulan separuh; menyembilu
langit memisau merajam dada

Frieska, 3.6.2014

Dengan demikian membaca puisi frieska kita dapat memetik pelajaran, bahwa keterasingan dapat menimpa siapa saja baik frieska selaku creator maupun kita selaku pembaca.Dalam puisi ini pula creator menginformasikan pada kita bahwa keterasingan amat sangat mengiris jiwa.

Keterasingan karya Frieska paling tidak hanya mengabarkan efek yang ditimbulkan dari keterasingan namun tak sampai memberikan solusi untuk menyikapi keterasingan.
Jakarta, 5 Juli 2014Jakarta, 5 Juni 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar