Minggu, 28 Juni 2015

PUISI-PUISI KAMIL DAYASAWA

Nawaitu

kupilih jalan ini
karena rumahmu di ujung sana
bila aku tersesat
para malaikat akan menghamp
ar sayap
langkahku yang berat akan terangkat
oleh hembus angin dari arah kiblat

kuradang semak berduri
kulitku penuh luka
darah mengucur harum bunga

tapa batu-batu hitam
membuatku lupa jalan pulang

meski tak kutahu kapan hari kudusku tiba

kuletakkan kakiku di tanah berlubang
lalu kusaksikan langit begitu jauh dari tangan

kubaringkan tubuh di bawah pohon rindang
betapa hijau daunan, setelah lama tak kupandang

Yogyakarta, 2014

Hijrah

matahari bangkit dari kesunyian makam leluhur
menjangkau barat dengan lengannya yang panjang
seribu tangan terentang di atas padang
pohon-pohon kurma menyanyikan lagu kemenangan

kami tanggalkan baju zirah warisan
tinggal pedang di tangan mengerling tajam
kota gemuruh, bedug ditabuh
langit biru memantulkan wajah kami yang lain

kendi-kendi penuh anggur kami tenggak dalam syukur
di bawah terpaan cahaya timur
kami bangun satu masjid dalam dada

berhala kami hancurkan
dupa kami padamkan
kutuk dan kultus biarlah meradang
kami punya pedang setajam iman

Yogyakarta, 2014

Garam Air Mata

angin berkabar pada cuaca
lewat suara keriap kincir
petani memanggil hujan dari dalam matanya
hatinya moksa ke padang sabana
menjumpai seribu bekas luka
yang pernah digoreskan pisau kemarau

gubuk bambu dinding bambu
tiangnya goyah oleh usia
atapnya bocor ditembus sinar langit
jejak-jejak tak teratur di lantainya
menandai waktu, ketika penambak tak ada

“mungkin ia telah lelah,” terdengar sebuah gema.

tapi kenapa ricik air berlagu
sedang hulu nasib tambak tak ketemu
muara hanya ada dalam kisah bisu tentang sorga
membangkitkan harap di ujung senyap

tanggul-tanggul bagai pagar gudang kosong
tetap diam meski terdengar jeritan
di air tenang, wajah-wajah ngambang
disesatkan arus kecil ke ceruk dalam

sedang matahari yang jauh
tak pernah menghiraukan

Yogyakarta, 2014

Pantai Nana

setelah jauh berlayar
baru kutemukan laut tenang
runcing karang menunjuk langit hujan
mendung mempercepat kesedihan
saat ikan-ikan lepas dari tangkapan

kulihat dermaga lengang
sebuah sampan tua tertambat
namun tak kutemukan seseorang
hanya deretan tembok-tembok murung
menunggu lekang digerus waktu

ingin kulempar jangkar
dan mencecap asin airmu
menghirup aroma pasir putih
di mana ingin kukubur segala perih

di lengkung cerukmu yang dalam
akan kubangun istana ikan
tempat wahyu dan ilham
mengutusku jadi Sulaiman

Yogyakarta, 2014

*sumber: Koran Indopos, 24 Januari 2015

 

 

 

 

 Riwayat Perjalanan

Kamil Dayasawa, dilahirkan di ujung timur pulau Madura pada, 05 Juni 1991. Memiliki ketertarikan dalam tulis menulis (khususnya sastra), sejak masih duduk di bangku MTs. Miftahul Ulum Batang-batang Sumenep. Akan tetapi, tidak lama berselang, ia memiliki kegemaran lain di bangku sekolah tingkat pertamanya (Fisika dan Matematika), lalu kemudian pada akhir 2008 ia kembali ke jalan asalnya (menulis sastra).
Proses kreatifnya yang paling signifikan, dilakukannya sejak duduk di bangku MA. TMI PONDOK PESANTREN AL-AMIEN PRENDUAN Sumenep. Tepatnya ketika itu dimulai sejak masih kelas III Intensif (kelas I SMA/MA). Dengan berbekal keberanian, ia masuk sebuah sanggar yang menjadi kiblat kesusastraan di pondoknya “Sanggar Sastra Al-Amien (SSA)”, yang ketika itu diketuai oleh Imam Rofi’ie (penulis banyak buku, tinggal di Yogya). Sedangkan para pembinanya, Moh. Hamzah Arsa, Ach. Shodiqil Hafil, M. Hasan Sanjuri, Ach. Nurcholis Majid, Moh. Ghufron Cholid. Mereka adalah pendahulu sekaligus pembimbing dari kamil.
Ketika masih nyantri, bersama Ruslan St dan Enha Ahyar, ia mengasuh sebuah buletin santri yang terbit setiap minggu: SEMBAHYANG. Sebuah media bagi santri yang ingin mempublikasikan karya-karyanya. Meskipun buletin ini hanya dalam lingkup lokal pesantren, tapi lumayan diapresiasi oleh banyak kalangan. Karena di samping kesibukan kegiatan yang padat, ia bersama redaktur yang lain tetap eksis menerbitkan buletin ini hingga (2010), karena ia sudah selesai masa studi. Di samping menjadi redaktur buletin SEMBAHYANG, ia juga menjadi redaktur Majalah Qalam/Suplemen Khazanah (2009-2010) dan yang tidak kalah pentingnya, ia juga sebagai pengurus Bagian Perpustakaan dan Penerbitan (BAPUSBIT, 2009-2010).
Sampai saat ini, sejak proses kreatifnya dimulai (2008), ia telah menghasilkan banyak tulisan. Beberapa dipublikasikan di media cetak atau online: Majalah Qalam, Buletin Sembahyang, Horison/Kakilangit, Radar Madura, Koran Minggu Pagi, penyairnusantara.blogspot.com, penulismuda.com, blog.gagasmedia.net. Selain itu tulisannya juga terkumpul dalam antologi bersama: ESTAFET (Ukhuwah Publisher, 2010), Akar Jejak (SSA, 2010) dan Memburu Matahari (Bisnis 2030, 2011).
Ia juga beberapakali mendapat kesempatan memenangkan berbagai sayembara. Antara lain: Juara II Lomba Menulis Puisi Kandungan Al-Quran (PORSENI Al-Amien, 2009), Juara I Lomba Menulis Puisi Inspiratif (FLP-UM, 2010), Juara Harapan III Lomba Menulis Puisi Remaja Pekan Bulan Bahasa (Pusat Bahasa, 2010) dan Juara I Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan (Kategori Puisi SLTP) yang diselenggarakan oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan Nasional, Depdikbud, 2011.
Saat ini, ia sedang merantau ke Jogjakarta untuk belajar seni dan budaya dan, dalam rangka melanjutkan studinya ke perguruan tinggi (k)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar