Minggu, 28 Juni 2015

MENERAPKAN KONSEP AL-QUR'AN DALAM PUISI

Oleh Moh. Ghufron Cholid

Novy Noorhayati Syahfida
SURAT DARI PESISIR
bagaimana kabarmu?
tidakkah kau lihat serpihan ombak di mataku
begitu tabah menanti kenangan itu
membentuk barisan karang, waktu ke waktu
selebihnya adalah pantai-pantai yang lepas di dadaku
memuara pada palung takdir nan piatu
sungguh, takkan kubiarkan badai menerpamu
menghapus namaku dari ceruk hatimu
Tangerang, 25 Juni 2015 (E)



SURAT DARI PESISIR, kata Novy memulai polemik tentang kehidupan yang mulai di anak tirikan. Kehidupan pesisir yang perlahan mulai dilupakan oleh sebab itu surat dari pesisir dibuat untuk tiap hati sekedar mengingatkan bahwa kehidupan pesisir bukan kehidupan nisbi, ia nyata dan kasat mata.

Surat dari pesisir, Novy mulai mengajukan kesepian dan hidup yang mulai diabaikan tentang nasib yang seharusnya mendapatkan hak yang sama untuk hidup bahagia. Mendapat pendidikan yang layak agar bisa memperbaiki nasib.

Baris awal mulai ada kegelisahan atau bisa pula sapaan untuk menyambung keakraban yang telah lama terputus. bagaimana kabarmu? kata Novy, untuk memulai ikatan batin agar jarak dan tatap mata yang sudah tak tercipta atau sudah merenggut keakraban bisa disambung lagi.

Menanyakan kabar adalah upaya memulai komunikasi yang baik di antara dua hati atau antara orang yang berada di pesisir kepada keturunannya yang telah merantau dan menjadi orang penting di tanah rantaunya.

Pertanyaan deperti ini sangat efektif dijadikan sebuah pembuka komunikasi sebab ianya bisa menjadi jalan yang dapat menghapus jarak yang begitu penuh sekat.

Pertanyaan bagaimana kabarmu lebih pada menanyakan bagaimana cara seseorang menjalani hidup. Bagaimana kabarmu adalah pertanyaan yang lebih filosofis daripada apa kabar kendati keduanya sama-sama menanyakan kabar.

Apa kabar? adalah pertanyaan yang tak memerlukan jawaban yang rumit tinggal langsung menjawab kabar baik sebab ianya tidak berkaitan dengan seni bagaimana seseorang menjalani hidup.

tidakkah kau lihat serpihan ombak di mataku/ baris kedua semacam tuntutan yang diajukan aku lirik (orang pesisir) kepada seseorang di tanah rantau yang berasal dari pesisir atau kepada orang penting yang pernah datang ke pesisir untuk mencari dukungan teruntuk dinobatkan publik untuk menjadi orang penting dengan segala janji yang pernah disampaikan sebagai pemanis yang pada akhirnya menjadi jalan untuk jadi orang penting.

Barangkali ketabahan yang mulai menipis atau ketakinginan berada dalam situasi derba ragu yang membuat aku lirik menegaskan kemirisan hidup untuk segera ditatap 'mu' lirik.
Apa yang dilakukan Novy adalah metode mengingatkan tiap diri akan suatu hal yang penting dalam al-qur'an semacam ini banyak ditemukan untuk mengingatkan manusia untuk lebih mengenal alam sekitar semisal (أفلا تتذكرون، أفلاتتدبرون، أفلاتعقلون) dan lain sebagainya. Kata tidakkah kau lihat paling tidak untuk mengingatkan akan hal penting yang pernah dialami sebagai bahan renungan agar ianya tak terjadi lagi di masa mendatang.

tidakkah kau lihat serpihan ombak di mataku
begitu tabah menanti kenangan itu
membentuk barisan karang, waktu ke waktu

Betapa kemelut yang begitu kalut yang dihadapi orang pesisir yang digambarkan, yang disampaikan penuh raungan agar orang yang dianggap penting tak menganak tirikan orang pesisir yang sangat berjasa dalam memberikan kenyamanan hidup.

Pertarungan demi pertarungan yang mewarnai hidup orang pesisir telah disampaikan dengan harapan nasib baik segera datang. Novy menggambarkan ketegaran orang pesisir namun ketegaran ini disampaikan pada khalayak dengan harapan tak menyepelekan orang pesisir. Kendati ketegaran yang dikabarkan ada misi penting yang dibawa supaya generasi muda pesisir tak mengalami pertarungan yang lebih sengit.

Ketegaran yang dimiliki oleh seseorang tentu memiliki batas dan hal inipun diungkap Novy, dengan berucap, selebihnya adalah pantai-pantai yang lepas di dadaku.

pantai-pantai yang lepas di dadaku adalah gambaran betapa meresahkan hidup berada di pesisir, ianya selalu dipenuhi pertarungan. Ianya selalu dituntut untuk berhati karang, tahan atas segala hantaman gelombang. Namun di sisi lain perlu mengabarkan kepedihan agar yang lain merasa setubuh, seruh. Merasakan derita apa yang diderita orang pesisir agar tiap diri tahu tanpa dukungan orang pesisir, orang kota atau orang yang telah menjadi orang penting penentu kebijakan tentang sejahtera tidaknya orang pesisir bisa merasakan kemelut yang sama.

Mengkhidmati denyut dua baris puisi berikut, selebihnya adalah pantai-pantai yang lepas di dadaku/memuara pada palung takdir nan piatu/ sama halnya mengkhidmati kegetiran hidup. Ada letup kegelisahan yang begitu karib yang dialami orang pesisir yang pada intinya tak ingin terjadi di masa mendatang.

Novy seakan memahami kegetiran hidup kaum pesisir dan menjadikan puisi sebagai jalan cinta untuk ditempuh sebagai pengobat luka-luka yang terlalu pedih perih.

Benarkah Novy berusaha memperbaiki nasib kaum pesisir? Bukankah yang dilakukan Novy hanya melukiskan betapa tak mengenakkan menjadi orang pesisir yang tiap perubahan detak waktu selalu dituntut untuk menjadi pribadi tangguh agar tak menyerah pada ketakberdayaan. Atau bukankah puisi ini hanya mengandung provokasi yang hanya mengumbar duka kaum pesisir.

Apa yang dilakukan Novy adalah upaya untuk membuat tiap diri semakin peka dengan segala yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang dalam hal ini yang dijadikan objek pembahasan kehidupan orang pesisir dengan harapan duka yang dikabarkan di masa kini tak terjadi di masa mendatang.

Inilah ketegasan Novy dalam memperjuangkan nasib orang pesisir, sungguh, takkan kubiarkan badai menerpamu/
menghapus namaku dari ceruk hatimu/ atau bahasa yang lebih mudah dipahami akan aku lakukan apa saja agar kau terus mengingatku.

Dua baris akhir di puisi adalah penanda bahwa untuk meraih kebahagiaan hidup bukan dengan cara menunggu keajaiban turun dari langit melainkan bergerak menjemput kebahagiaan hal ini senada dengan firman Allah, Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai kaum tersebut berusaha mengubah nasib mereka sendiri.

Madura, 26 Juni 2015
Sumber http://www.konfrontasi.com/content/budaya/menerapkan-konsep-al-quran-dalam-puisi
MENERAPKAN KONSEP AL-QUR'AN DALAM PUISI
Oleh Moh. Ghufron Cholid
Novy Noorhayati Syahfida
SURAT DARI PESISIR
bagaimana kabarmu?
tidakkah kau lihat serpihan ombak di mataku
begitu tabah menanti kenangan itu
membentuk barisan karang, waktu ke waktu
selebihnya adalah pantai-pantai yang lepas di dadaku
memuara pada palung takdir nan piatu
sungguh, takkan kubiarkan badai menerpamu
menghapus namaku dari ceruk hatimu
Tangerang, 25 Juni 2015 (E)

SURAT DARI PESISIR, kata Novy memulai polemik tentang kehidupan yang mulai di anak tirikan. Kehidupan pesisir yang perlahan mulai dilupakan oleh sebab itu surat dari pesisir dibuat untuk tiap hati sekedar mengingatkan bahwa kehidupan pesisir bukan kehidupan nisbi, ia nyata dan kasat mata.
Surat dari pesisir, Novy mulai mengajukan kesepian dan hidup yang mulai diabaikan tentang nasib yang seharusnya mendapatkan hak yang sama untuk hidup bahagia. Mendapat pendidikan yang layak agar bisa memperbaiki nasib.
Baris awal mulai ada kegelisahan atau bisa pula sapaan untuk menyambung keakraban yang telah lama terputus. bagaimana kabarmu? kata Novy, untuk memulai ikatan batin agar jarak dan tatap mata yang sudah tak tercipta atau sudah merenggut keakraban bisa disambung lagi.
Menanyakan kabar adalah upaya memulai komunikasi yang baik di antara dua hati atau antara orang yang berada di pesisir kepada keturunannya yang telah merantau dan menjadi orang penting di tanah rantaunya.
Pertanyaan deperti ini sangat efektif dijadikan sebuah pembuka komunikasi sebab ianya bisa menjadi jalan yang dapat menghapus jarak yang begitu penuh sekat.
Pertanyaan bagaimana kabarmu lebih pada menanyakan bagaimana cara seseorang menjalani hidup. Bagaimana kabarmu adalah pertanyaan yang lebih filosofis daripada apa kabar kendati keduanya sama-sama menanyakan kabar.
Apa kabar? adalah pertanyaan yang tak memerlukan jawaban yang rumit tinggal langsung menjawab kabar baik sebab ianya tidak berkaitan dengan seni bagaimana seseorang menjalani hidup.
tidakkah kau lihat serpihan ombak di mataku/ baris kedua semacam tuntutan yang diajukan aku lirik (orang pesisir) kepada seseorang di tanah rantau yang berasal dari pesisir atau kepada orang penting yang pernah datang ke pesisir untuk mencari dukungan teruntuk dinobatkan publik untuk menjadi orang penting dengan segala janji yang pernah disampaikan sebagai pemanis yang pada akhirnya menjadi jalan untuk jadi orang penting.
Barangkali ketabahan yang mulai menipis atau ketakinginan berada dalam situasi derba ragu yang membuat aku lirik menegaskan kemirisan hidup untuk segera ditatap 'mu' lirik.
Apa yang dilakukan Novy adalah metode mengingatkan tiap diri akan suatu hal yang penting dalam al-qur'an semacam ini banyak ditemukan untuk mengingatkan manusia untuk lebih mengenal alam sekitar semisal (أفلا تتذكرون، أفلاتتدبرون، أفلاتعقلون) dan lain sebagainya. Kata tidakkah kau lihat paling tidak untuk mengingatkan akan hal penting yang pernah dialami sebagai bahan renungan agar ianya tak terjadi lagi di masa mendatang.
tidakkah kau lihat serpihan ombak di mataku
begitu tabah menanti kenangan itu
membentuk barisan karang, waktu ke waktu
Betapa kemelut yang begitu kalut yang dihadapi orang pesisir yang digambarkan, yang disampaikan penuh raungan agar orang yang dianggap penting tak menganak tirikan orang pesisir yang sangat berjasa dalam memberikan kenyamanan hidup.
Pertarungan demi pertarungan yang mewarnai hidup orang pesisir telah disampaikan dengan harapan nasib baik segera datang. Novy menggambarkan ketegaran orang pesisir namun ketegaran ini disampaikan pada khalayak dengan harapan tak menyepelekan orang pesisir. Kendati ketegaran yang dikabarkan ada misi penting yang dibawa supaya generasi muda pesisir tak mengalami pertarungan yang lebih sengit.
Ketegaran yang dimiliki oleh seseorang tentu memiliki batas dan hal inipun diungkap Novy, dengan berucap, selebihnya adalah pantai-pantai yang lepas di dadaku.
pantai-pantai yang lepas di dadaku adalah gambaran betapa meresahkan hidup berada di pesisir, ianya selalu dipenuhi pertarungan. Ianya selalu dituntut untuk berhati karang, tahan atas segala hantaman gelombang. Namun di sisi lain perlu mengabarkan kepedihan agar yang lain merasa setubuh, seruh. Merasakan derita apa yang diderita orang pesisir agar tiap diri tahu tanpa dukungan orang pesisir, orang kota atau orang yang telah menjadi orang penting penentu kebijakan tentang sejahtera tidaknya orang pesisir bisa merasakan kemelut yang sama.
Mengkhidmati denyut dua baris puisi berikut, selebihnya adalah pantai-pantai yang lepas di dadaku/memuara pada palung takdir nan piatu/ sama halnya mengkhidmati kegetiran hidup. Ada letup kegelisahan yang begitu karib yang dialami orang pesisir yang pada intinya tak ingin terjadi di masa mendatang.
Novy seakan memahami kegetiran hidup kaum pesisir dan menjadikan puisi sebagai jalan cinta untuk ditempuh sebagai pengobat luka-luka yang terlalu pedih perih.
Benarkah Novy berusaha memperbaiki nasib kaum pesisir? Bukankah yang dilakukan Novy hanya melukiskan betapa tak mengenakkan menjadi orang pesisir yang tiap perubahan detak waktu selalu dituntut untuk menjadi pribadi tangguh agar tak menyerah pada ketakberdayaan. Atau bukankah puisi ini hanya mengandung provokasi yang hanya mengumbar duka kaum pesisir.
Apa yang dilakukan Novy adalah upaya untuk membuat tiap diri semakin peka dengan segala yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang dalam hal ini yang dijadikan objek pembahasan kehidupan orang pesisir dengan harapan duka yang dikabarkan di masa kini tak terjadi di masa mendatang.
Inilah ketegasan Novy dalam memperjuangkan nasib orang pesisir, sungguh, takkan kubiarkan badai menerpamu/
menghapus namaku dari ceruk hatimu/ atau bahasa yang lebih mudah dipahami akan aku lakukan apa saja agar kau terus mengingatku.
Dua baris akhir di puisi adalah penanda bahwa untuk meraih kebahagiaan hidup bukan dengan cara menunggu keajaiban turun dari langit melainkan bergerak menjemput kebahagiaan hal ini senada dengan firman Allah, Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai kaum tersebut berusaha mengubah nasib mereka sendiri.
Madura, 26 Juni 2015
__________________________________________________________________________

Moh. Ghufron Cholid adalah nama pena Moh. Gufron, S.Sos.I lahir dan dibesarkan di lingkungan pesantren. Karya-karyanya tersebar diberbagai media seperti Mingguan Malaysia, New Sabah Times, Mingguan Wanita Malaysia,Mingguan WartaPerdana, Utusan Borneo, Tunas Cipta,
Daily Ekspres dll juga terkumpul dalam berbagai antologi baik cetak maupun online, terbit di dalam maupun luar negeri seperti Mengasah Alief, Epitaf Arau,Akar Jejak,Jejak Sajak, Menyirat Cinta Haqiqi, Sinar Siddiq, Ketika Gaza Penyair Membantah, Unggun Kebahagiaan, Anjung Serindai, Poetry-poetry 120 Indonesian Poet, Flows into the Sink into the Gutter,Indonesian Poems Among the Continents, dll. Beberapa puisinya pernah dibacakan di Japan Foundation Jakarta (10 Agustus 2011), di UPSI Perak Malaysia (25 Februari 2012), di Rumah PENA Kuala Lumpur Malaysia(2 Maret 2012) dan di Rumah Makan Biyung Jemursari Surabaya dalam acara buka bersama Pipiet Senja (30 Juli 2012),di Jogja dalam Save Palestina (2012), di Sragen dalam temu 127 Penyair Dari Sragen Memandang Indonesia (20 Desember 2012), di Pekalongan dalam Indonesia di Titik 13 (Maret 2013), di Sastra Reboan dalam Temu Sastra Indonesia-Malaysia (Agustus 2013), di P.O.RT AmanJaya, Mydin Mall dan Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia dalam Kongres Penyair Sedunia ke 33 (21,23,26 Oktober 2013), di Brunei ketika menikmati indah
kampoeng air (7 November 2013) di Al-Izzah Islamic Boarding School Batu Jawa Timur dalam safari menulis bersama Pipiet Senja dkk (Juli, 2014). Alamat Rumah Pondok Pesantren Al-Ittihad Junglorong KomisKedungdung Sampang Madura. HP 087759753073
- See more at: http://www.konfrontasi.com/content/budaya/menerapkan-konsep-al-quran-dalam-puisi#sthash.5VJC6MW5.dpuf
MENERAPKAN KONSEP AL-QUR'AN DALAM PUISI
Oleh Moh. Ghufron Cholid
Novy Noorhayati Syahfida
SURAT DARI PESISIR
bagaimana kabarmu?
tidakkah kau lihat serpihan ombak di mataku
begitu tabah menanti kenangan itu
membentuk barisan karang, waktu ke waktu
selebihnya adalah pantai-pantai yang lepas di dadaku
memuara pada palung takdir nan piatu
sungguh, takkan kubiarkan badai menerpamu
menghapus namaku dari ceruk hatimu
Tangerang, 25 Juni 2015 (E)

SURAT DARI PESISIR, kata Novy memulai polemik tentang kehidupan yang mulai di anak tirikan. Kehidupan pesisir yang perlahan mulai dilupakan oleh sebab itu surat dari pesisir dibuat untuk tiap hati sekedar mengingatkan bahwa kehidupan pesisir bukan kehidupan nisbi, ia nyata dan kasat mata.
Surat dari pesisir, Novy mulai mengajukan kesepian dan hidup yang mulai diabaikan tentang nasib yang seharusnya mendapatkan hak yang sama untuk hidup bahagia. Mendapat pendidikan yang layak agar bisa memperbaiki nasib.
Baris awal mulai ada kegelisahan atau bisa pula sapaan untuk menyambung keakraban yang telah lama terputus. bagaimana kabarmu? kata Novy, untuk memulai ikatan batin agar jarak dan tatap mata yang sudah tak tercipta atau sudah merenggut keakraban bisa disambung lagi.
Menanyakan kabar adalah upaya memulai komunikasi yang baik di antara dua hati atau antara orang yang berada di pesisir kepada keturunannya yang telah merantau dan menjadi orang penting di tanah rantaunya.
Pertanyaan deperti ini sangat efektif dijadikan sebuah pembuka komunikasi sebab ianya bisa menjadi jalan yang dapat menghapus jarak yang begitu penuh sekat.
Pertanyaan bagaimana kabarmu lebih pada menanyakan bagaimana cara seseorang menjalani hidup. Bagaimana kabarmu adalah pertanyaan yang lebih filosofis daripada apa kabar kendati keduanya sama-sama menanyakan kabar.
Apa kabar? adalah pertanyaan yang tak memerlukan jawaban yang rumit tinggal langsung menjawab kabar baik sebab ianya tidak berkaitan dengan seni bagaimana seseorang menjalani hidup.
tidakkah kau lihat serpihan ombak di mataku/ baris kedua semacam tuntutan yang diajukan aku lirik (orang pesisir) kepada seseorang di tanah rantau yang berasal dari pesisir atau kepada orang penting yang pernah datang ke pesisir untuk mencari dukungan teruntuk dinobatkan publik untuk menjadi orang penting dengan segala janji yang pernah disampaikan sebagai pemanis yang pada akhirnya menjadi jalan untuk jadi orang penting.
Barangkali ketabahan yang mulai menipis atau ketakinginan berada dalam situasi derba ragu yang membuat aku lirik menegaskan kemirisan hidup untuk segera ditatap 'mu' lirik.
Apa yang dilakukan Novy adalah metode mengingatkan tiap diri akan suatu hal yang penting dalam al-qur'an semacam ini banyak ditemukan untuk mengingatkan manusia untuk lebih mengenal alam sekitar semisal (أفلا تتذكرون، أفلاتتدبرون، أفلاتعقلون) dan lain sebagainya. Kata tidakkah kau lihat paling tidak untuk mengingatkan akan hal penting yang pernah dialami sebagai bahan renungan agar ianya tak terjadi lagi di masa mendatang.
tidakkah kau lihat serpihan ombak di mataku
begitu tabah menanti kenangan itu
membentuk barisan karang, waktu ke waktu
Betapa kemelut yang begitu kalut yang dihadapi orang pesisir yang digambarkan, yang disampaikan penuh raungan agar orang yang dianggap penting tak menganak tirikan orang pesisir yang sangat berjasa dalam memberikan kenyamanan hidup.
Pertarungan demi pertarungan yang mewarnai hidup orang pesisir telah disampaikan dengan harapan nasib baik segera datang. Novy menggambarkan ketegaran orang pesisir namun ketegaran ini disampaikan pada khalayak dengan harapan tak menyepelekan orang pesisir. Kendati ketegaran yang dikabarkan ada misi penting yang dibawa supaya generasi muda pesisir tak mengalami pertarungan yang lebih sengit.
Ketegaran yang dimiliki oleh seseorang tentu memiliki batas dan hal inipun diungkap Novy, dengan berucap, selebihnya adalah pantai-pantai yang lepas di dadaku.
pantai-pantai yang lepas di dadaku adalah gambaran betapa meresahkan hidup berada di pesisir, ianya selalu dipenuhi pertarungan. Ianya selalu dituntut untuk berhati karang, tahan atas segala hantaman gelombang. Namun di sisi lain perlu mengabarkan kepedihan agar yang lain merasa setubuh, seruh. Merasakan derita apa yang diderita orang pesisir agar tiap diri tahu tanpa dukungan orang pesisir, orang kota atau orang yang telah menjadi orang penting penentu kebijakan tentang sejahtera tidaknya orang pesisir bisa merasakan kemelut yang sama.
Mengkhidmati denyut dua baris puisi berikut, selebihnya adalah pantai-pantai yang lepas di dadaku/memuara pada palung takdir nan piatu/ sama halnya mengkhidmati kegetiran hidup. Ada letup kegelisahan yang begitu karib yang dialami orang pesisir yang pada intinya tak ingin terjadi di masa mendatang.
Novy seakan memahami kegetiran hidup kaum pesisir dan menjadikan puisi sebagai jalan cinta untuk ditempuh sebagai pengobat luka-luka yang terlalu pedih perih.
Benarkah Novy berusaha memperbaiki nasib kaum pesisir? Bukankah yang dilakukan Novy hanya melukiskan betapa tak mengenakkan menjadi orang pesisir yang tiap perubahan detak waktu selalu dituntut untuk menjadi pribadi tangguh agar tak menyerah pada ketakberdayaan. Atau bukankah puisi ini hanya mengandung provokasi yang hanya mengumbar duka kaum pesisir.
Apa yang dilakukan Novy adalah upaya untuk membuat tiap diri semakin peka dengan segala yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang dalam hal ini yang dijadikan objek pembahasan kehidupan orang pesisir dengan harapan duka yang dikabarkan di masa kini tak terjadi di masa mendatang.
Inilah ketegasan Novy dalam memperjuangkan nasib orang pesisir, sungguh, takkan kubiarkan badai menerpamu/
menghapus namaku dari ceruk hatimu/ atau bahasa yang lebih mudah dipahami akan aku lakukan apa saja agar kau terus mengingatku.
Dua baris akhir di puisi adalah penanda bahwa untuk meraih kebahagiaan hidup bukan dengan cara menunggu keajaiban turun dari langit melainkan bergerak menjemput kebahagiaan hal ini senada dengan firman Allah, Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai kaum tersebut berusaha mengubah nasib mereka sendiri.
Madura, 26 Juni 2015
__________________________________________________________________________

Moh. Ghufron Cholid adalah nama pena Moh. Gufron, S.Sos.I lahir dan dibesarkan di lingkungan pesantren. Karya-karyanya tersebar diberbagai media seperti Mingguan Malaysia, New Sabah Times, Mingguan Wanita Malaysia,Mingguan WartaPerdana, Utusan Borneo, Tunas Cipta,
Daily Ekspres dll juga terkumpul dalam berbagai antologi baik cetak maupun online, terbit di dalam maupun luar negeri seperti Mengasah Alief, Epitaf Arau,Akar Jejak,Jejak Sajak, Menyirat Cinta Haqiqi, Sinar Siddiq, Ketika Gaza Penyair Membantah, Unggun Kebahagiaan, Anjung Serindai, Poetry-poetry 120 Indonesian Poet, Flows into the Sink into the Gutter,Indonesian Poems Among the Continents, dll. Beberapa puisinya pernah dibacakan di Japan Foundation Jakarta (10 Agustus 2011), di UPSI Perak Malaysia (25 Februari 2012), di Rumah PENA Kuala Lumpur Malaysia(2 Maret 2012) dan di Rumah Makan Biyung Jemursari Surabaya dalam acara buka bersama Pipiet Senja (30 Juli 2012),di Jogja dalam Save Palestina (2012), di Sragen dalam temu 127 Penyair Dari Sragen Memandang Indonesia (20 Desember 2012), di Pekalongan dalam Indonesia di Titik 13 (Maret 2013), di Sastra Reboan dalam Temu Sastra Indonesia-Malaysia (Agustus 2013), di P.O.RT AmanJaya, Mydin Mall dan Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia dalam Kongres Penyair Sedunia ke 33 (21,23,26 Oktober 2013), di Brunei ketika menikmati indah
kampoeng air (7 November 2013) di Al-Izzah Islamic Boarding School Batu Jawa Timur dalam safari menulis bersama Pipiet Senja dkk (Juli, 2014). Alamat Rumah Pondok Pesantren Al-Ittihad Junglorong KomisKedungdung Sampang Madura. HP 087759753073
- See more at: http://www.konfrontasi.com/content/budaya/menerapkan-konsep-al-quran-dalam-puisi#sthash.5VJC6MW5.dpuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar