Oleh Imron Tohari
“Anggaplah seorang pengendara motor yang melaju kencang, dan jalan di depannya ada lubang, maka tak pelak, jatuhlah dia. Atau bayangkan anak-anak yang tengah bermain kejar-kejaran di sebuah sawah yang habis panen, karena berlari kencang dan tidak hati-hati, salah satu dari mereka mengaduh karena terperosok jebakan celeng atau kakinya terjepit perangkap tikus.” Kurang lebih seperti itulah penggambaran saya tentang istilah saya pribadi “Jebakan Batman” yang saya pergunakan saat berinteraksi dengan sahabat grup atau penyuka puisi 2,7 biar terasa santai namun dalam batas tetap serius pada permasalahan kekaryaan pola tuang 2,7.
Saat saya memberikan apresiasi pada suatu karya puisi pendek pola tuang 2,7, dan jika secara subyektif di rasa baca dan imaji pikir saya, gaya pengungkapan puisi terkait tersebut terasa datar baca, dan hanya terbaca sebagai penyampai pesan biasa saja dari idea, gagasan/tema, layaknya sebuah pernyataan dengan gaya pengucapan keumumman, serupa penulisan berita, atau juga serupa dengan gaya penulisan slogan, dalam artian tidak ada keluasan ruang makna lebih yang dapat ditawarkan dari susunan diksi/kata tertuang.
Selintas tentang Jebakan Batman dan fenomena ketergesaan penyair/pemuisi 2,7 dalam memosting karyanya, prof. Cunong Nunuk Suraja pada catatan tepinya yang bertajuk “SATU JAM YANG LALU JARING GRUP PUISI DUKOTU MENANGKAP TUJUH PEMUISI DELAPAN PUISI”, dengan sedikit canda menulis:
“…dalam esai tuan Imron Tohari sebagai menderas dengan cenderung terperosok pada jebakan batman. Entah jebakannya seperti apa karena tak pernah ditemukan Robin teman Batman memasang jebakan. Jebakan bum mungkinkah menjadikan sandungan pengunci sajak tujuh kata ini? Ini hal yang selalu mengharu-biru selain kepatuhan pada pola tuang dan juga kemahiran mengolahi maji jadi bum serta menahan deras langkah diksi.”
Istilah “Jebakan Batman” kalau dicari diKBBI, apalagi dalam istilah-istilah baku sastra, sememangnya tidak akan pernah ditemukan, ini memang saya maksudkan sebagai hal untuk menerangjelaskan ketertautan larik 1 dan 2 yang terasa laju menderas, cenderung cair/atau encer dalam memaparkan idea gagasan secara estetik puitika. Intinya, suatu istilah yang saya tujukan seperti sudah diterangjelaskan di atas, yang dipetakan dalam2 (dua) larik 7 (tujuh) kata saja.
Jadi sekali lagi saya tekankan di sini,bahwa istilah jebakan batman atau laju menderas itu merupakan perumpamaan yang saya buat sendiri untuk keperluan interaksi komunikatif terkait dengan keindahan puitika pada puisi pendek pola tuang 2,7. Laju menderas masihlah bisa ditolerir sejauh secara keseluruhan puisi masih menawarkan nilai kontemplasi. hanya saja kenyataan yang saya dapati pada postingan puisi 2,7 selama ini, puisiyang terkena jebakan batman, istilah yang saya ciptakan sendiri tersebut,kecenderungannya justru tidak optimal dalam menampil hadirkan estetika puitik (keindahan bahasa puisi menciptakan keluasan ruang imaji) pun estetika makna (Keindahan bahasa dalam menyampaikan tema/amanat—menciptakan keluasan ruang kontempelasi) sehingga sangat berpotensi mengurangi daya letup, daya kejut, atau “bum” yang merupakan salah satu inti kekuatan utama pada pola tuang puisi 2koma7 ini.
Adapun puisi 2,7 yang saya maksudkan dengan istilah laju menderas atau terkena jebakan batman, saya pribadi mencirikannya sebagai berikut:
1. Citraan yang ditampakkan oleh susunan kata dengan kata lainnya pada larik 1 belum tuntas, belum selesai, masih ngambang, dalam artian memerlukan larik 2 untuk menuntaskan serta menciptakan kesan kuat pernyataan yang menawarkan keluasan ruang imaji pada citraan utuh yang dibangun larik1. Atau bisa dikatakan gaya pengungkapannya terkesan hanya sebagai penyampai pesan biasa saja dari idea/gagasan.pada citraan utuh yang dibangun larik 1. Atau bisa dikatakan gaya pengungkapannya terkesan hanya sebagai penyampai pesan biasa saja dari idea/gagasan.
2. Terkait poin 1 di atas, judul juga tidak mampu memberi korespondensi yang menguatkan pernyataan larik 1 dalam membangun keluasan ruang imaji penghayat.
3. Larik 2 saat berdiri sendiri pun dipadupadankan dengan judul, selain datar baca, makna yang dihantarkan ke permukaan, terasa hanya sebagai penyampai pesan saja, tidak lebih.
4. Peran larik 2 sebagai larik eksekusi atau larik eksistensi, secara korespondensi dengan larik 1, terkesan hanya sebatas menerangkan atau sebatas memperjelas bangun citraan larik sebelumnya saja. Kekuatan “Bum” sebagai letupan emosi/keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan, dll) yang diharapkan mampu meninggalkan kesan mendalam (kontempelasi) tidak terhadirkan dengan optimal.
5. Secara keseluruhan bangunan utuh perwajahan puisi, gaya pengungkapan terasa datar baca, dan hanya terbaca sebagai penyampai pesan biasa saja dari idea, gagasan/tema, layaknya sebuah pernyataan dengan gaya pengucapan keumumman, serupa penulisan berita, atau juga serupa dengan gaya penulisan slogan, dalam artian kurang ada (kalau tidak bisa dikatakan “tidak ada”) keluasan ruang makna lebih yang dapat ditawarkan dari susunan diksi/kata tertuang.
Beberapa contoh puisi 2,7 yang dimungkinkan terkena jebakan batman.
1. OBSESI
terjerat jemari obsesi
mencengkeram segenap jiwa raga
Sagitta detrawina, Lampung 10 Januari2013
2. TEMU
adakah temu
yang jumpa pada ketidak pastian
Sagitta detrawina, Lampung 10 Januari2013
3. KEMBALI
dia datang kembali
hadirkan mimpi, menoreh illusi
Sagitta detrawina, Lampung 10 Januari2013
4. MIMPI
adakah cerita ini
cuma sepenggal episode mimpi
Sagitta detrawina, Lampung 10 Januari 2013
5. KELUH
air mata runtuh
menyelinap di balik keluh
Sagitta detrawina, Lampung 10 Januari2013
6. TAK SANGGUP
jiwamu nanar
tak sanggup membedakan salah-benar
Sagitta detrawina, Lampung 10 Januari2013
Pada puisi ini malah terhitung 6 kata, dengan perekatan kata /salah-benar/
7. KORUPSI
Negara ini begitu bobrok
Basmi! tikus-tikus negara
lifespirit, 2 januari 2014
8. KONDOM
Membagi-bagikan kondom berdalih ini-itu
Moral bangsa dipertaruhkan
lifespirit, 2 January 2014
9. DEBAR CINTA
Jantungku berdebar kencang
Saat menatap bening matamu
lifespirit, 2 January 2014
10. ENGKAU KUCINTA ENGKAU KHIANATIKU
Mengapa kautega khianatiku
Padahal aku sangat mencintaimu
lifespirit, 2 January 2014
11. DI MATAMU YANG SEDIH
Kutatap redup bola matamu
Dan hatiku membasah
lifespirit, 31 Agustus 2014
12. KELUH
Aku sudah banyak berdoa padaNya
Kenapa begini?
lifespirit, 31 Agustus 2014
13. CINTA TERKUNGKUNG SEKAT
Kumelihatmu seperti merpati
Di dalam sangkar emas
lifespirit, 5 September 2014
14. GELOMBANG ASMARA
cinta dan kasmaran, aku
lalu menemuimu, mendekapmu
lifespirit, 5 September 2014
15. PADAMU ‘KU BERTOBAT
‘Kan kulebur dosa-dosaku agar berumah
Di syurga
lifespirit, 5 September 2014
Dari 15 puisi pola tuang 2,7 yang dicontohkan di atas, selain terasa laju menderas, encer, pun jika dicermati, secara keseluruhan puisi tidak menawarkan keluasan imaji dan juga keluasan ruang kontempelasi (nilai kontemplasi. )
Bandingkan dengan 10 puisi di bawah ini, yang sebenarnya mempunyai tingkat kecenderungan tinggi terkena jebakan batman, namun, ketepatan dalam memanfaatkan tekhnik typografipoetika, enjambemen, dan pilihan diksi yang cukup baik, telah mampu menahan laju menderas, mampu menampakkan simbol puitik, kias, pun imaji dalam menjaga keutuhan citraan suasana yang menjadi peran penting larik 1 (satu), dan juga mampu menghadir fungsikan larik 2 (dua) sebagai larik eksekusi yang sarat muatan emosi, pysycologis, dan permenungan (kontempelasi).
Namun sebelum kita membandingkannya (terutama pada puisi yang sama-sama ada kata hubung “di”), terlebih dulu akan saya paparkan hal-hal yang berkaitan dengan puisi 2,7 yang sebenarnya berpotensi tinggi terkena jebakan batman, namun dengan memahami tata sastra terkait gaya pengungkapan puisi yang baik, maka puisi tersebut akan mampu mengurangi laju menderas yang timbul, atau bahkan mampu menghidari jebakan batman yang saya istilahkan tersebut dengan baik, yang saya cirikan sebagai berikut:
1. Citraan yang ditampakkan oleh susunan kata dengan kata lainnya pada larik 1 sudah tuntas, atau bisa juga dianggap sudah selesai, dalam artian mampu berdiri sendiri walau seandainya tanpa didukung oleh keberadaan larik 2 untuk menuntaskan serta memperoleh keindahan makna (Keindahan bahasa dalam menyampaikan tema/amanat—menciptakan keluasan ruang kontempelasi) pada citraan utuh yang dibangun larik 1.
2. Terkait poin 1 di atas, saat judul ditarik masuk ke dalam, citraan suasana yang telah terbentuk di larik satu kian menjadi kuat ruang imaji yang ditawarkan ke penghayat (hal ini biasanya terkait dengan kemampuan penyair dalam megoptimalkan tekhnik typografipoetika dan enjambemen dengan tepat).
3. Demikian pula pada larik 2, tanpa atau bahkan mungkin dengan adanya kata penghubung, semisal: di, ke, dan, yang, dengan, lalu, dll, saat berdiri sendiri, susunan kata dengan kata lainnya tetap mampu memerankan fungsilarik dua sebagai larik eksekusi, larik yang mampu menawarkan nilai kontempelasi dengan baik, walau seandainya tanpa terkait paut dengan larik satu sekalipun.
4. Saat judul dan larik satu masuk untuk bersenyawa dengan larik 2, menjadikan susunan kata dengan kata lainnya dalam larik 2 tersebut kian bernas, kian hidup, kian memberi nilai tambah keluasan ruang renung, ruang kontempelasi, dan atau korespondensi antar larikdan judul tidak menjadikannya renggang, namun justru kian memberi kesan kuat diolah rasa, olah imaji, olah pikir penghayat.
5. Typografipoetika dan enjambemen yang dimanfaatkan dengan tepat, akan memberi pengayaan secara keseluruhan perwajahan puisi, sehingga gaya pengungkapan minimal akan memenuhi ciri-ciri yang tergambarkan pada poin 1 sampai dengan poin 4 di atas, dan bisa saya katakan puisi pola tuang 2,7 termaksud telah mampu meredam, bahkan memungkinkan untuk menetralisir seminim mungkin adanya jebakan batman.
Beberapa contoh puisi 2,7 yang menurut saya pribadi gaya pengungkapannya mampu meredam jebakan batman:
1. MENCINTAIMU
Kubiarkan mataku menggali kubur
Dengan huruf huruf
lifespirit, rev 24 Des 2012
2. TENTANG KEYAKINAN
Beribu jalan beribu semak
Dan aku merindukanmu
lifespirit, 24 December 2012
3. KARANG
Sebongkah karang membaca sepi
Di lautMu tenggelam
lifespirit, 25 Desember 2012
4. MENYEMESTA II
pada mulanya gaduh
dalam ning, siapa debur?
lifespirit, 30 Desember 2012
5. KAU LEBIH DARI SEKEDAR PUISI
sebaris kata-kata mengalir, nama-Mu
di waktu subuh
lifespirit 3 Januari 2013
Inspiring Alfiah Muntaz
6. HABIS PISAH
terbelah jarak kembali bersua
di matamu, tenggelam
lifespirit, 6 Januari 2013
7. RINDU MALAM
malam kelam
tersimpan sebongkah rindu yang dalam
Sagitta detrawina, Lampung 10 Januari2013
8. NOSTALGIA
bayu masa silam
melarung jiwaku hingga tenggelam
Sagitta detrawina, Lampung 10 Januari2013
9. SEPI
Sepasang kursi tua
Mengkhatamkan waktu tanpa bicara
Djuhardi Basri, Kotabumi, 13122013
10. KUNANG-KUNANG
gelap dan sendiri
di tapal batas hidup
Bintang Kartika, september, 2014
11. MENEMUKAN KHUSYU' YANG HILANG
di sana-sini. Tak
di dalam, Allahu Akbar
Denting Kemuning, 140914
Puisi ini bagus, kesederhanaan ungkap serta pemadatan kata berhasil baik memikul beban tema refleksi kerohanian aku lirik.
Enjambemen pada diksi /Tak/, menjadikan keberadaan kata /di dalam/ pada larik dua memunculkan ambiguitas yang dalam, yang menusuk jauh ke dalam batin hayatan. Selain itu, /di/ yang sering menjadi alibi terkena jebakan Batman jika diletakkan pada awal larik, maka pada puisi / MENEMUKAN KHUSYU' YANG HILANG /, diksi /di/ yang ada diawal kedua larik puisi ini juga berhasil terhindar dari jebakan Batman, dan ini sesuai dengan yang dicirikan di atas (Baca: hal-hal yang berkaitan dengan puisi 2,7 yang sebenarnya berpotensi tinggi terkena jebakan batman).
Ketepatan penggunaan tekhnik enjambemen, saya selaku penikmat baca di dorong masuk untuk merenungi pertautan dan atau korespondensi dari kata /Tak/ yang terenjambemen tersebut, saat di mana /Tak/ menjadikan dirinya bahasa yang diam,
Tak
di dalam, Allahu Akbar
Saya mengambil artikannya seperti ini (ctt: diksi /Tak/ tetap terkait kata sebelumnya yang tidak saya tampakkan di sini), tidak di luar (sana-sini; di mana-mana), namun ada di dalam diri, di dalam hati, di dalam keyakinan spiritual, Allah Maha besar.
Dan manakala /Tak/ yang menjadikan dirinya bahasa yang menjulur masuk bersenyawa dengan kata dalam larik berikutnya.
Tak di dalam, Allahu Akbar
Pada bahasa /Tak/ yang masih bergerak menjulurkan dirinya ke larik berikutnya, hayatan saya sontak serasa dibetot dengan permenungan yang dalam, betapa sesungguhnya keimanan itu tidak ada di luar pun di dalam semata, namun hakikat esensi tersebut terletak pada kualitas ketawadukan, kekhusyukan kita pada Kebesaran Allah SWT.
Pernah terlintas dipikiran saya : “lalu bagaimana kalau yang terpenuhi hanya fisik puisi saja, dalam pengertian yang terpenuhi hanya 2 baris, 7 kata-nya saja? Apa masih bisa disebut sebagai puisi pola tuang 2,7 (baca: 2 baris, 7 kata) ?”
Jika nilai ukurnya adalah baris dan kata, maka hal tersebut telah memenuhi syarat untuk dimasukkan dalam puisi 2,7 (Selanjutnya baca: 2 baris, 7 kata), namun untuk disebut sebagai puisi 2,7 yang memenuhi semua syarat: baik jumlah baris, kata, serta kekuatan estetik bahasa dan estetik makna (baca: keluasan ruang imaji) yang merupakan prasyarat wajib untuk suatu karya 2,7 layak disebut puisi memuisi atau hanya setara dengan slogan/pernyataan, tentunya perlu juga diperhatikan prasyarat lain yang menyerta pada desain pola tuang 2,7 ini ( Seperti diterangjelaskan tulisan di atas ).
Dalam bercipta karya Puisi 2, 7 (2 baris, 7 kata) ini, kalau tidak hati-hati dan hanya terangsang untuk nulis nulis nulis tanpa diimbangi pengontrolan emosi yang terus nyundul mendorong untuk bersegera jadi, maka hasilnya hanya akan sekedar fisiknya saja yang 2, 7 . Dan kalau tidak hati-hati dalam menyampaikan bahasa ungkap, maka akan seperti puisi yang tersirat pada puisi sarat pesan satire karya Alfiah Muntaz di bawah ini :
DEVIASI
diksi-diksi ejakulasi dini
jauh puisi dari orgasme
(Alfiah Muntaz, 10 Januari 2013, Bangka)
Lalu bagaimana agar puisi pola tuang 2,7 yang dibuat terhindar dari jebakan batman?
Emotion Quality Control (EQC) sangat berperan penting dalam konteks ini, sehingga dalam proses penciptaan puisi 2,7 tidak terlepas dari 10 pokok dasar penciptaan sebuah karya puisi, yang saya tulis di bawah ini:
1. Penuhi prasyarat mutlak struktur puisi dalam 2 baris, 7 kata, dan penanda akhir puisi (tanggal pembuatan/titimangsa; berfungsi sebagai rekam jejak kekaryaan)
2. Kekuatan estetik bahasa dan makna judul upayakan bersenyawa (menjadi padu/menjadi satu benar) dengan isi.
3. Jangan terburu-buru posting, baca sekali lagi dengan memposisikan sebagai penikmat baca, agar bisa merasakan apakah ekspresi/ Penjiwaan karya sudah sesuai yang diharapkan penulis yang sekaligus selaku penghayat.
4. Upayakan pemilihan diksi sebisa mungkin bertaut dengan diksi lainnya secara utuh memberi citraan latar suasana baris 1.
5. Hal tak kalah penting: Tipografipoetika/ pemetaan kata/ enjambemen baris1 ke baris 2 yang baik akan menjadikan karya puisi 2, 7 aliran perpindahan antar baris tidak melaju terlalu cepat sehingga karya tidak datar baca ( kalau tidak boleh dikatakan datar atau serupa pernyataan, cerita, ungkapan yang biasa saja), tipografipoetika/ pemetaan kata/ enjambemen yang baik akan memberi nilai tambah pada keluasan ruang rasa imaji pikir penghayat/penikmat baca.
6. Perhatikan keselarasan/ kesenyawaan baris 2 dalam upayanya meletupkan rasa imaji citraan baris 1.
7. Kunci penting berhasil tidaknya puisi 2, 7 dalam memberikan nilai pikir kekinian di rasa imaji penghayat, adalah seberapa kuat pengkarya cipta memberi denyut/nilai kejut/daya hisap kontemplasi/ rangsangan emosional yang diletupkan baris 2.
8. Setelah puisi 2, 7 jadi, proses pengendapan dengan cara membaca ulang dan meresapi sepenuh rasa jiwa, pengkarya cipta akan bisa merasakan apakah karyanya tadi sudah mempunyai nilai puitik/ keindahan/ estetik bahasa secara keseluruhan dari batang tubuh puisi secara utuh.
9. Sebelum dipublish, kaji sekali lagi apakah makna tersurat keseluruhan batang tubuh puisi sesuai dengan yang diharapkan.
10. Sebelum dipublish, kaji sekali lagi apakah makna tersirat keseluruhan batang tubuh puisi memberi nilai pengayaan makna/tafsir pada penikmat baca/ penghayat .
Semoga catatan kecil ini bermanfaat bagi para penyuka dan pencinta puisi pola tuang 2koma7.
(lifespirit, 31 Agustus 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar