DALAM DEKAP MALAM
dalam dekap malam, sayang
aku dan perdu rindu yang kelabu
diam ditimpa bayang-bayang
pada wajahmu yang hujan
lekaslah menggegam tasbih
sambut sepertiga malam
menepis kalut kalbu menghujam
biar gelisah pudar, mimpi-mimpi tersadar
aku dan perdu rindu yang kelabu
diam ditimpa bayang-bayang
pada wajahmu yang hujan
lekaslah menggegam tasbih
sambut sepertiga malam
menepis kalut kalbu menghujam
biar gelisah pudar, mimpi-mimpi tersadar
kita yang hanya bertemu dalam wirid
lajukan jemari, sambut rinduku
setengah jalan sudah dilalui
di dada kiri, masih ada sisanya lagi
lajukan jemari, sambut rinduku
setengah jalan sudah dilalui
di dada kiri, masih ada sisanya lagi
yang, sayang
mari menyusun tangga-tangga aksara
bekal sungkem pada mertua
siapkan punggung, untuk kita
mari menyusun tangga-tangga aksara
bekal sungkem pada mertua
siapkan punggung, untuk kita
Jakarta, 07 November 2014
MENDEKAT
dari jarak yang jauh
kucoba membaca degup
geliat rasa yang cukup basah
setelah hujan cukup merendam
kucoba membaca degup
geliat rasa yang cukup basah
setelah hujan cukup merendam
esok, meski jarak kakiku dan kakimu
masih jauh
percayalah langkah kita saling menuju
tangan tetap meninju
pandang sama menuju
percayalah langkah kita saling menuju
tangan tetap meninju
pandang sama menuju
dari decak meriuh jiwa
sembilan ujung sakura merona
mantapkan, mantapkan niat
di puncak, kita menggenapkan jejak
sembilan ujung sakura merona
mantapkan, mantapkan niat
di puncak, kita menggenapkan jejak
Jakarta, 17 November 2014
PUSARA SUNAN GUNUNG JATI
: Syeikh Syarif Hidayatullah
Pada keramik-keramik antik yang rapi
tersusun di dinding
Ujung-ujung tombak yang gagah mengacung pada langirt-langit istana
Sekujur hatiku mendamba
Andai kudapati wajahmu
Rembulan yang sendu di atas pantai utara
Astana Gunung Jati menyaksi, aku dan mereka masih merindumu
Ujung-ujung tombak yang gagah mengacung pada langirt-langit istana
Sekujur hatiku mendamba
Andai kudapati wajahmu
Rembulan yang sendu di atas pantai utara
Astana Gunung Jati menyaksi, aku dan mereka masih merindumu
Seratus anak tangga ini juga
bercerita
Untukku yang tak sempat mencium tanganmu
Negeri dan peradabannya
Astana bersusun ialah wujud pengabdian
Nisan dan sebaris pohon jati ini ikut pula bersaksi
Untukku yang tak sempat mencium tanganmu
Negeri dan peradabannya
Astana bersusun ialah wujud pengabdian
Nisan dan sebaris pohon jati ini ikut pula bersaksi
Gugur beringin dan kepak kelelawar
melahirkan sajak-sajak kerinduan yang lebih mengigil
Untuk cucu-cucumu dan tanah wali
Nyanyi syiar Islam masih ingin kureguk
Untuk bekal anakku
Nanti di akhir hidup, aku hendak mewariskan jiwamu
Gagah membantai kefakiran iman
Untuk cucu-cucumu dan tanah wali
Nyanyi syiar Islam masih ingin kureguk
Untuk bekal anakku
Nanti di akhir hidup, aku hendak mewariskan jiwamu
Gagah membantai kefakiran iman
Jati diri mengukir sejarah tanah
kami yang kerontang
Akidah tumbuh rindang di ladang-ladang hati
Terpatri pesan mendalam
“Ingsun titip tajug lan fakir miskin”
Akidah tumbuh rindang di ladang-ladang hati
Terpatri pesan mendalam
“Ingsun titip tajug lan fakir miskin”
Cirebon, 10 Juli 2015
Tentang penyair
:
Idhay Sapphira adalah nama pena dari Ida Rosidah. Lahir di Cirebon, 15 Mei 1992. Karyanya tergabung dalam trilogi Puisi Dua Koma Tujuh dan kumpulan puisi Suara Sajak-sajak.
Idhay Sapphira adalah nama pena dari Ida Rosidah. Lahir di Cirebon, 15 Mei 1992. Karyanya tergabung dalam trilogi Puisi Dua Koma Tujuh dan kumpulan puisi Suara Sajak-sajak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar